Mohon tunggu...
Wilda Annisa Jamilatun
Wilda Annisa Jamilatun Mohon Tunggu... budak corporate

Wilda—pecinta matcha, si minuman hijau yang katanya rasa rumput tapi harganya bisa bikin dompet mikir dua kali. Lulusan hukum yang lebih sering berdamai dengan pasal-pasal daripada drama. Saya suka menulis, merenung, dan kadang menertawakan hal-hal serius biar hidup nggak terlalu tegang. Dalam diam, saya percaya: keadilan bisa lahir dari kata-kata yang tenang, dan perubahan itu seperti matcha—pahit di awal tapi nagih kalau sudah terbiasa, ngga percaya?? coba aja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jika Gajiku 3 Juta Per Hari, Aku Akan?

23 Agustus 2025   23:31 Diperbarui: 23 Agustus 2025   22:42 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Kalau gajiku 3 juta per hari, aku rasa aku bakal bingung. Soalnya, biasanya masalah hidupku itu muncul dari kekurangan uang, tapi siapa tahu, kalau uangnya berlebihan, masalahku malah bertambah. Kan katanya "uang nggak bisa membeli kebahagiaan," tapi ya... kalau ada 3 juta per hari, boleh lah dicoba dulu, hehee.

Mungkin di hari pertama aku akan borong semua wishlist yang cuma jadi angan di keranjang Shopee. Hari kedua, mungkin aku akan traktir teman-teman, pura-pura jadi sugar friend. Hari ketiga, aku akan sok dermawan, biar kelihatan kayak influencer rohani yang sering bilang "rezeki itu titipan Tuhan."

Tapi setelah seminggu, aku mulai mikir: buat apa ya semua ini? Kalau gajiku 3 juta per hari tapi aku nggak punya waktu buat baca buku, nongkrong di perpustakaan, atau sekadar ketawa karena senyum manis mas-mas berkaca mata di pojokan ruang baca... apa masih bisa disebut bahagia?

Lalu aku jadi kepikiran: kalau gajiku segitu, apa aku masih akan nyari diskon 50% di marketplace? Apa aku masih akan stalking aplikasi ojek online tengah malam cuma buat ngejar promo ongkir 1 rupiah? Atau... apa aku masih akan nungguin notifikasi "Buy 1 Get 1 Matcha" sebelum berani checkout? Hmmm... jangan-jangan iya, karena ternyata hemat itu bukan karena miskin, tapi karena sudah menjadi karakter yang mendarah daging sepertinya, hehee.

Dan ngomong-ngomong, ehemm aku jadi ingat berita yang lagi rame: gaji DPR naik 3 juta per hari. Bedanya, kalau aku yang dapat gaji segitu, mungkin aku udah bisa jadi sponsor tetap angkringan, biar mahasiswa nggak lagi mikir "makan mi instan atau bayar fotokopian". Tapi sayangnya, uang segitu jatuhnya bukan ke aku, melainkan ke bapak-ibu dewan yang kadang lebih sibuk debat kuota TikTok daripada kuota hidup rakyatnya.

Kalau beneran gaji DPR naik 3 juta per hari, ya tolong dong jangan cuma joget-joget doang di acara viral, apalagi ketawa-ketawa kayak lagi nggak ada PR negara. Kok kayaknya seneng banget gitu... eh ya seneng sih, tapi bentar---aku jadi bingung: yang harusnya seneng itu rakyat atau kalian, bapak-ibu dewan?

Serius deh, bapak-ibu dewan yang terhormat---yang bahkan tunjangan kehormatan-nya aja udah lebih gede dari gajiku sebulan kerja---bisa benar-benar membuktikan kalau gelar "yang terhormat" itu nggak sekadar formalitas di depan nama. Buktiin kalau uang 3 juta per hari itu bukan cuma numpuk di dompet pribadi, tapi balik lagi jadi sesuatu yang bikin rakyat nggak cuma tahan banting, tapi juga bisa hidup layak.

Karena gimana pun juga, nama kalian itu "Dewan Perwakilan Rakyat." Jadi yaa, jangan sampai rakyatnya cuma jadi background music sementara kalian sibuk bikin remix dari kursi empuk gedung sebelah. Buktiin dong kalau kalian benar-benar mewakili rakyat---bukan cuma mewakili kepentingan perut sendiri.

Kami percaya kok, kalian pasti bisaaa. Semangat bekerja, bapak-ibu dewan YANG TERHORMAT!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun