Mohon tunggu...
Ahmad Munir Hamid
Ahmad Munir Hamid Mohon Tunggu... Dosen - Saya ada peneliti dan dosen aktif di kampus swasta. Sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa program doktoral bidang ekonomi syariah Uin Sunan Ampel Surabaya

Saya biasa suka merenung dan berfikir tentang hal-hal baru dan aneh. Disamping itu juga, terkadang suka baca buku meski jarang tuntas.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertarungan Membingungkan: Menyelamatkan Bumi dalam Era Pertumbuhan Ekonomi

7 Oktober 2023   19:16 Diperbarui: 7 Oktober 2023   19:24 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi adalah rumah bagi berbagai makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, bumi juga menghadapi berbagai ancaman yang dapat mengancam keberlangsungan hidupnya, seperti pemanasan global, perubahan iklim, polusi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan lain-lain.

Ancaman-ancaman ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, seperti pembakaran bahan bakar fosil, pembalakan liar, pertanian intensif, dan konsumsi berlebihan.

Di sisi lain, manusia juga membutuhkan pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator seperti produk domestik bruto (PDB), pendapatan per kapita, tingkat pengangguran, dan lain-lain. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai salah satu tujuan utama pembangunan. Namun, pertumbuhan ekonomi juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, seperti peningkatan emisi gas rumah kaca, penggunaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan, dan pencemaran lingkungan.

Hal ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana cara menyelamatkan bumi dalam era pertumbuhan ekonomi? Apakah mungkin untuk mencapai keseimbangan antara perlindungan lingkungan dan pembangunan ekonomi? Apa saja tantangan dan solusi yang dapat ditawarkan?

Para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hubungan antara lingkungan dan ekonomi. Ada yang berpendapat bahwa keduanya saling bertentangan dan tidak dapat dipertahankan secara bersamaan. Ada juga yang berpendapat bahwa keduanya saling mendukung dan dapat ditingkatkan secara bersamaan.

Lingkungan dan ekonomi adalah dua hal yang saling bertentangan dan tidak dapat dipertahankan secara bersamaan. Salah satu contoh ahli yang menganut pandangan ini adalah Herman Daly, seorang ekonom ekologi yang mengkritik konsep pertumbuhan ekonomi konvensional. Menurut Daly, pertumbuhan ekonomi konvensional mengabaikan batas-batas fisik dan ekologis dari bumi. Daly mengusulkan konsep ekonomi berkeadilan, yaitu suatu sistem ekonomi yang berorientasi pada kesejahteraan manusia dan lingkungan, bukan pada akumulasi modal. Daly menekankan pentingnya menjaga skala ekonomi agar sesuai dengan kapasitas lingkungan, serta mendistribusikan kekayaan secara adil di antara generasi sekarang dan mendatang.

Dalam pandangan lain dikatakan bahwa lingkungan dan ekonomi adalah dua hal yang saling mendukung dan dapat ditingkatkan secara bersamaan. Salah satu contoh ahli yang menganut pandangan ini adalah Robert Solow, seorang ekonom neoklasik yang mendapatkan Nobel Ekonomi pada tahun 1987. Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk melindungi lingkungan dengan cara meningkatkan pendapatan, teknologi, dan institusi. Solow mengusulkan konsep pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, yaitu suatu proses pertumbuhan ekonomi yang tidak mengurangi stok modal alam (sumber daya alam) per kapita. Solow menekankan pentingnya investasi pada modal manusia (pengetahuan) dan modal buatan (teknologi) untuk menggantikan modal alam yang terdegradasi.

Untuk memperjelas perbedaan antara kedua pandangan tersebut, berikut ini adalah beberapa contoh kasus dan solusi yang dapat ditawarkan.

Yang pertama, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia. Menurut data Global Forest Watch, Indonesia kehilangan sekitar 24,4 juta hektar hutan antara tahun 2001 dan 2020, setara dengan luas wilayah Inggris. Deforestasi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, pembangunan infrastruktur, dan kebakaran hutan. Deforestasi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, seperti hilangnya keanekaragaman hayati, pelepasan karbon, erosi tanah, dan banjir.

Sumber: Bard dan diolah
Sumber: Bard dan diolah

Solusi untuk mengatasi permaslahan diatas adalah dengan menghentikan atau mengurangi aktivitas ekonomi yang menyebabkan deforestasi, seperti perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur. Mengembalikan fungsi hutan sebagai sumber daya alam yang harus dilestarikan, bukan dieksploitasi. Menerapkan kebijakan yang ketat untuk melindungi hutan dari pembalakan liar, kebakaran hutan, dan konversi lahan. Memberdayakan masyarakat lokal untuk mengelola hutan secara berkelanjutan dan adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun