Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Harian Seorang Guru: Ketika Gaji Guru Kecil. Kok Cukup ya???

13 November 2011   18:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_142078" align="aligncenter" width="560" caption="Jadilah Guru yang Cerdas, walaupun bergaji kecil foto by facebook IGI Bekasi."][/caption]

Teman-teman pembaca yang saya sayangi dan banggakan. Saya teringat kembali tulisan saya beberapa waktu lalu di kompasiana. Tulisan yang berjudul benarkah gaji guru masih ada yang Rp.15.000 perjam?, mendapatkan tanggapan kembali dari seorang guru tangguh berhati cahaya. Begini isi komentarnya.

Saya ngajar di sebuah SMA swasta di Semarang kota. Saya S-1. Perbulan saya mendapatkan honor Rp 281.000,00 (dua ratus delapanpuluh satu ribu rupiah). Tidak percaya? terserah. Tapi Allah Maha Adil. Alhamdulilah saya mampu menghidupi 1 istri dan 2 anak saya. Sementara ada teman saya yang sudah PNS bahkan sertifikasi malah sering NGGRESULA = mengeluh tentang penghasilan.

Saya tersenyum membaca komentar beliau. Dengan penghasilan honor mengajar yang kecil dan bahkan di bawah UMR, beliau sanggup untuk menghidupi keluarganya. Hal yang terpenting adalah rasa syukurnya kepada Allah. Meskipun penghasilannya kecil, matematika Allah senantiasa mengiringi kehidupannya yang penuh dengan berkah. Itulah bila guru senantiasa bersyukur, dan tidak bermental pengeluh. Sebab saat ini banyak guru bermental pengeluh. Padahal gajinya sudah besar dan berstatus PNS pula.

Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Dengan begitu, para guru akan terus bermental baja. Pantang mengeluh dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Terus belajar untuk menjadi guru yang cerdas. Senantiasa menemukan inovasi baru dalam pembelajarannya melalui penelitian tindakan kelas (PTK).

Saya kembali teringat berita di koran kompas cetak, Sabtu 12 Nopember 2011. Di berita itu dikatakan gaji guru swasta harus lebih tinggi dari UMR. Kalau itu bisa terealisasi di setiap propinsi, tentu kami para guru sekolah swasta sangat bersyukur. Namun demikian, janganlah berharap terlalu tinggi dengan kebijakan pemerintah. Sebab sebagai guru sekolah swasta, kita dituntut profesional. Bila tidak profesional, maka masyarakat tak akan menggajinya. Kita harus menjadi guru swasta yang cerdas, meskipun bergaji kecil.

Itulah bedanya gaji guru sekolah negeri dan swasta. Gaji guru sekolah negeri dibiayai oleh negara, dan gaji guru sekolah swasta dibiayai oleh masyarakat. Bila guru swasta profesional, dan yayasan mampu memanaje sekolah dengan baik, maka gaji guru tentu akan besar. Masyarakatpun akan dengan senang hati membayar biaya pendidikan, karena gurunya memang profesional.

Ketika gaji guru kecil, janganlah berkecil hati. Masih banyak pintu rezeki lain yang bisa kita dapatkan. Bila kita mampu bersyukur, gaji yang kecil itu akan cukup. Hal itu sudah dibuktikan sendiri oleh rekan guru dari Semarang di atas.  Gajinya memang kecil sebagai guru honorer, tapi hidupnya jauh lebih berbahagia daripada rekannya yang  Guru PNS bergaji besar , dan sudah lulus sertifikasi pula. Di sinilah matematika Allah bekerja.

Ketika gaji guru kecil, janganlah menjadi guru pengeluh. Teruslah bekerja dan mencerdaskan anak bangsa. Bila diniatkan untuk ibadah, dan berbagi pengetahuan (transfer knowledge), maka rezeki Allah tak akan pernah salah sasaran. Akan ada pintu rezeki yang tak terduga datangnya. Itulah janji Allah dalam kitab sucinya. Tak ada guru yang miskin bila dia mampu menjadi guru tangguh berhati cahaya. Senantiasa bersyukur dan mensyukuri rezeki dari ilahi Rabbi. Dia akan menjadi guru kaya yang selalu memberi. Bagaikan sang surya yang selalu menyinari dunia.

Saya pun menjadi teringat pesan motivasi Tung Desem Waringin hari ini di email TDW Club.

Orang miskin, menghabiskan uang yang didapat, kalau ada sisa baru ditabung. Orang KAYA, Menabung dulu, sisanya baru  dihabiskan. Ayo ikut Pola orang KAYA!

(Tung Desem Waringin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun