Jika dilihat lebih dalam, pendidikan bermutu tidak bisa diwujudkan oleh satu pihak saja. Guru yang inspiratif, organisasi profesi yang solid, serta pemerintah yang visioner harus berjalan seiring.
Omjay dengan gerakan literasi dan keteladanannya, PGRI dengan perjuangan kolektifnya, serta Presiden Prabowo dengan program strategisnya, adalah contoh bagaimana peran yang berbeda bisa saling melengkapi.
Masyarakat juga punya tanggung jawab. Orang tua, media, dunia usaha, hingga komunitas harus ikut serta menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat. Pendidikan bermutu untuk semua hanya akan berhasil jika seluruh elemen bangsa terlibat.
Penutup
Pembaca yang terhormat, izinkan saya menutup dengan satu keyakinan: pendidikan bermutu untuk semua bukanlah mimpi yang terlalu tinggi, tetapi janji konstitusi yang wajib kita tunaikan.Â
Guru telah berkorban, PGRI terus berjuang, dan pemerintah mulai melangkah dengan program besar seperti Makan Bergizi Gratis. Kini giliran kita semua, sebagai bangsa, untuk memastikan janji itu tidak berhenti di atas kertas.
Bayangkanlah Indonesia tahun 2045, seratus tahun kemerdekaan. Anak-anak yang hari ini duduk di bangku SD sudah menjadi pemimpin, ilmuwan, pengusaha, atau guru bagi generasi berikutnya.Â
Mereka tumbuh dengan tubuh sehat, otak cerdas, dan hati yang penuh empati karena kita bersama-sama memperjuangkan pendidikan bermutu sejak hari ini.
Inilah kesempatan emas kita. Jika guru, PGRI, pemerintah, dan masyarakat bersatu, maka cahaya pendidikan itu akan menyinari setiap sudut negeri. Dan pada saat itu, dunia akan melihat Indonesia bukan lagi sebagai negara berkembang, tetapi sebagai bangsa besar yang benar-benar berdaulat karena telah mencerdaskan seluruh rakyatnya.
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com