AI Itu Sahabat Guru atau Ancaman bagi Kreativitas dan Critical Thinking Siswa?
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah -- Guru Blogger Indonesia
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam beberapa tahun terakhir begitu pesat. Dari ChatGPT, Meta AI, DeepSeek, Gemini, hingga Copilot, semuanya menawarkan kemudahan luar biasa untuk mencari informasi, membuat tulisan, bahkan menghasilkan ide kreatif dalam hitungan detik.
Namun, kemudahan ini juga memicu perdebatan hangat di kalangan pendidik. Apakah AI benar-benar menjadi sahabat yang membantu guru dan siswa berkembang, atau justru ancaman yang membuat siswa malas berpikir?
Diskusi Omjay bersama Prof. Benny Pribadi, pakar pendidikan, sore tadi memunculkan pandangan yang berimbang dan layak kita renungkan.
Kekhawatiran: Ketergantungan yang Membunuh Kreativitas
Prof. Benny mengingatkan bahwa penggunaan AI yang berlebihan dapat membuat peserta didik kehilangan semangat berpikir mandiri.
"Sekarang sudah banyak yang ketergantungan. Untuk info saja bolehlah, tapi kalau semua dikerjakan AI, otak tidak berperan," tegasnya.
Beliau menekankan bahwa guru dan dosen harus memberi contoh yang baik. Jika pendidik hanya mengandalkan AI tanpa proses berpikir kritis, siswa akan meniru kebiasaan tersebut. Akibatnya, kita berisiko melahirkan generasi yang cepat mendapatkan jawaban, tetapi miskin kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah.
AI: Ancaman atau Pendorong Critical Thinking?