Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. Ketua Umum PB PGRI yang kami sayangi. Dalam diri beliau ada Kepemimpinan Perempuan yang Membumi dan Menginspirasi Dunia Pendidikan. Inilah kisah Omjay atau Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay) -- Guru Blogger Indonesia.
Kemenangan hukum yang diraih oleh Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) yang sah, menjadi bukan sekadar catatan yuridis. Itu adalah pengakuan terhadap sosok yang telah bekerja dengan sepenuh hati untuk para guru Indonesia. Putusan Mahkamah Agung ini menutup babak panjang kisruh organisasi dan membuka lembaran baru yang lebih teduh, bersatu, dan berfokus pada perjuangan guru di seluruh penjuru negeri.
Dari Kampus ke Medan Juang: Sosok Unifah Rosyidi
Lahir dari rahim akademik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Unifah bukanlah pemimpin instan. Ia tumbuh melalui proses akademik yang panjang, mendalami pendidikan dengan semangat, dan akhirnya menjadikan ilmunya sebagai senjata dalam perjuangan di lapangan organisasi. Ia bukan tipe pemimpin yang sekadar membaca laporan---ia turun langsung ke daerah, berdialog dengan guru, dan mencatat sendiri jerit harapan dari ruang-ruang kelas yang kerap terlupakan.
Pengakuan dari Kampus: UNJ Bangga Padanya
Sebagai civitas akademika UNJ, Unifah mendapat apresiasi dari para tokoh kampus yang mengenalnya secara dekat, baik sebagai mahasiswa, dosen, maupun aktivis pendidikan.
Prof. Dr. Totok Bintoro, M.Pd, Kepala BPS Labschool UNJ mengatakan:
> "Bu Unifah adalah teladan kepemimpinan akademis yang membumi. Beliau sudah seperti kakak perempuan saya sendiri. Ia bukan hanya memahami teori pendidikan, tapi juga menjalankannya secara konkret di organisasi. Bagi kami di Labschool, beliau adalah panutan yang selalu membela guru dan pendidikan dengan cara yang cerdas dan santun."
Prof. Dr. Komarudin, M.Si, Rektor UNJ juga memberikan apresiasi tinggi:
> "Prof. Unifah adalah simbol kepemimpinan perempuan masa kini. Guru besar fakultas ilmu pendidikan UNJ. Â Beliau membawa semangat perubahan dengan integritas yang tak tergoyahkan. Bukan hanya menjadi representasi perempuan yang mampu memimpin, tapi juga tokoh pendidikan nasional yang layak dibanggakan."
Keduanya seolah menegaskan bahwa Unifah Rosyidi adalah bukti nyata bahwa kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga tempat tumbuhnya jiwa pemimpin.
Suara dari Penasihat Labschool UNJ
Tak hanya kolega struktural, suara dukungan datang dari Penasihat Labschool UNJ, seorang tokoh senior yang turut membidani lahirnya pendidikan berbasis karakter di sekolah-sekolah binaan UNJ.
Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd, tokoh pendidikan nasional sekaligus penasihat Labschool menyatakan:
> "Saya mengenal Bu Unifah sebagai pribadi yang konsisten, cerdas, dan memiliki etika kepemimpinan yang luar biasa. Dalam dinamika organisasi seperti PGRI, dibutuhkan lebih dari sekadar kemampuan administratif. Diperlukan empati, kesabaran, dan keteguhan---dan beliau punya itu semua."
> "Ia bukan hanya membela guru di ruang kebijakan, tetapi juga membela harga diri profesi pendidik di tengah gempuran zaman. Sosoknya adalah pilar, bukan sekadar penyangga."
Kehadiran komentar ini semakin mempertegas betapa sosok Unifah telah menjejakkan pengaruh kuat di berbagai lapisan dunia pendidikan, dari sekolah, organisasi, hingga kampus dan forum kebijakan nasional.
Suara Guru dari Ujung Negeri
Sebagaimana telah diketahui publik, testimoni para guru dari Sabang sampai Merauke menjadi bukti paling kuat dari kepemimpinan Bu Unifah. Mereka tidak hanya melihat beliau di layar zoom atau media massa, tetapi merasakan langsung kehadirannya di daerah.
Dari Aceh hingga Papua, dari NTT hingga Kalimantan Barat, para guru bersaksi bahwa Bu Unifah datang tidak membawa janji, tapi membawa harapan. Ia tidak hanya berbicara tentang pendidikan, tetapi benar-benar memperjuangkannya di berbagai lini.
Tokoh Pendidikan Nasional: Buah dari Kepemimpinan yang Berakar
Prof. Dr. H. Fasli Jalal, Ph.D, mantan Wakil Menteri Pendidikan dan tokoh pendidikan nasional, turut memberikan apresiasi:
> "Saya mengikuti kiprah Prof. Unifah sejak lama. Ia adalah tokoh perempuan yang berhasil menyatukan aspek akademik, kebijakan, dan sosial dalam kepemimpinannya. PGRI beruntung dipimpin oleh figur seperti beliau yang konsisten memperjuangkan guru tanpa kompromi."
> "Dalam dunia pendidikan kita yang kadang penuh tarik-menarik kepentingan, sosok seperti Prof. Unifah adalah penyejuk. Ia tidak terjebak pada konflik personal, tapi fokus membangun organisasi yang kuat dan inklusif."
Komentar dari Prof. Fasli menunjukkan bahwa kepemimpinan Unifah bukan hanya dihargai secara internal oleh PGRI, tetapi juga diakui oleh para pengambil kebijakan dan pakar pendidikan nasional.
Perempuan yang Memimpin Tanpa Menindas
Menjadi perempuan di dunia organisasi yang kerap keras, penuh rivalitas, dan cenderung patriarkis bukanlah perkara mudah. Tapi Unifah memilih jalan yang tidak menyingkirkan, melainkan merangkul. Ia hadir sebagai pemimpin sekaligus pengasuh, tempat guru-guru merasa didengar, bukan diperintah.
Ia juga memperjuangkan hak-hak perempuan dalam dunia pendidikan---dari guru honorer perempuan yang sering termarjinalkan, hingga upaya pemberdayaan guru perempuan di daerah-daerah terluar. Ia membuktikan bahwa kelembutan bukan kelemahan, tapi kekuatan dalam berorganisasi.
Penutup: Pemimpin yang Dipilih oleh Hati, Diteguhkan oleh Hukum
Kini, Mahkamah Agung telah berbicara. Kemenangan hukum sudah resmi dikantongi. Namun yang paling penting: para guru telah sejak awal memilih dengan hati mereka. Dan hati itu telah lama berpihak kepada Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd.
Kemenangan ini bukan akhir, melainkan awal dari fase baru perjuangan PGRI. Organisasi ini bukan milik segelintir elite, tetapi milik jutaan guru dari berbagai latar belakang yang ingin pendidikan Indonesia maju dan bermartabat.
Di tengah era yang serba cepat dan penuh disrupsi, kita membutuhkan pemimpin yang tak hanya cerdas, tapi juga bijak. Pemimpin yang tak hanya mampu menggerakkan massa, tapi juga menyentuh nurani. Dan dalam diri Unifah Rosyidi, kita menemukan sosok itu.
Mari kita jaga PGRI sebagai rumah perjuangan guru. Sebuah rumah yang hangat, kokoh, dan berpijak pada nilai-nilai luhur pendidikan. Sebab, ketika PGRI kuat dan bersatu, maka masa depan pendidikan Indonesia pun akan lebih terang.
SALAM BLOGGER PERSAHABATAN
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI