Kudeta: Panggung Politik Anak Muda
Drama pembuka bertajuk "Kudeta" langsung mengguncang suasana dengan tensi tinggi dan dialog tajam. Cerita berlatar dunia fiksi sekolah yang kacau karena kekuasaan absolut ketua OSIS yang korup. Namun, keberanian seorang siswa biasa menyalakan api perubahan.Â
Pemeran utamanya, Dira Aulia, membawakan peran dengan penuh energi dan penghayatan. Penonton terdiam dalam ketegangan, lalu bertepuk tangan meriah saat adegan klimaks terjadi: suara "kudeta" yang dilakukan bukan dengan kekerasan, tapi dengan integritas.
Adagio Terakhir di Teater Du Vide: Puisi Sunyi dalam Panggung Gelap
Berikutnya, giliran drama "Adagio Terakhir di Teater Du Vide" yang membawa penonton ke ruang sunyi penuh kenangan. Cerita mengisahkan tentang seorang penari klasik yang kehilangan panggungnya, namun menemukan kembali jiwanya dalam kesunyian.Â
Drama kelas ini bukan sekadar pementasan, tapi puisi visual. Gerakan lambat, cahaya remang, dan monolog panjang penuh filosofi membuat suasana aula teater kecil terasa sakral. Banyak penonton tampak meneteskan air mata.
Pratama: Riuhnya Masa SMP
Kelas 8C membawakan "Pratama", sebuah drama yang mengangkat realitas keseharian remaja SMP: soal nilai, sahabat, cinta pertama, dan tekanan orang tua. Drama ini tampil ringan, lucu, tapi menyimpan kritik mendalam terhadap sistem pendidikan yang terlalu menekan.Â
Penonton tertawa dan terhibur, namun momen renungan muncul di akhir cerita ketika tokoh utama mengatakan: "Aku hanya ingin jadi anak biasa, bukan sempurna." Tepuk tangan panjang mengiringi akhir cerita.