Wukuf di Arafah: Saat Seluruh Dunia Menyebut Nama Allah SWT. Inilah kisah Omjay kali ini di kompasiana. Semoga kita dapat melakukan refleksi diri bahwa kita hanyalah makhluk Allah yang sangat lemah.
Hari ini, berjuta-juta umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di padang Arafah. Di bawah terik matahari, mereka berdiri, duduk, atau bersimpuh di hadapan Sang Pencipta. Dengan pakaian ihram yang seragam, mereka tak lagi memandang ras, suku, bangsa, atau status sosial. Yang tersisa hanyalah seorang hamba dan Tuhannya.
Wukuf di Arafah adalah inti dari ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda, "Al-Hajju Arafah"---Haji itu adalah Arafah. Maka, siapa yang hadir di Arafah pada waktunya, maka ia telah melaksanakan inti dari ibadah haji. Hari ini bukan sekadar seremonial, tapi momentum penghambaan total. Sebuah momen yang membuat langit pun bersaksi atas lautan manusia yang memohon ampun, mengadu, dan menyebut nama Allah dengan linangan air mata.
Ada yang menangis karena merasa tak pantas mendapat undangan Allah ke tanah suci. Ada yang menangis karena merasa begitu berdosa, dan hanya di hadapan Allah mereka bisa sepenuhnya jujur. Ada pula yang menangis karena rindu kepada orang-orang tercinta yang telah tiada, dan berharap bisa bertemu kembali di surga.
Arafah menjadi saksi bisu doa-doa yang melangit. Doa seorang ibu untuk anak-anaknya, doa seorang suami untuk istri tercinta, doa seorang anak untuk orang tuanya yang telah tiada. Semuanya menyatu dalam haru. Tak sedikit yang menangis sejadi-jadinya, karena inilah puncak kesempatan: semua dosa bisa diampuni, semua permohonan bisa dikabulkan, semua hati bisa dibersihkan. Hari ini, Arafah menjadi ladang air mata dan cahaya harapan.
Kenangan Wukuf: Ketika Omjay Menangis di Arafah
Saya teringat satu kisah yang tak pernah saya lupakan. Sebuah pengalaman suci yang menggetarkan jiwa---ketika Omjay, Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, seorang guru blogger yang selalu menulis dengan hati, melaksanakan ibadah haji beberapa tahun silam. Tepatnya tahun 2000.
"Waktu itu saya wukuf di Arafah dalam keadaan tubuh lelah luar biasa," kenangnya dengan suara bergetar. "Tapi ketika saya mengangkat tangan dan menyebut nama Allah, semua rasa lelah seakan hilang. Yang tersisa hanyalah rasa syukur dan air mata."
Omjay bercerita, bahwa saat berada di padang Arafah, dia merasakan betapa kecilnya diri di hadapan Allah. Langit begitu luas, dan manusia seperti titik-titik kecil di tengah padang pasir. "Saya menangis. Bukan karena rasa sakit atau lelah, tapi karena saya merasa betapa banyak dosa dan kelalaian saya sebagai hamba Allah."