Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Sedih Guru TIK

29 Mei 2018   11:49 Diperbarui: 29 Mei 2018   12:08 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kisah Sedih Guru TIK

Semenjak kurikulum 2013 diberlakukan banyak guru TIK menjadi korban. Ada yang di PHK dan ada yang terpaksa pindah ke dunia industri. Ada juga yang pindah ke jalur birokrasi dan bertahan menjadi guru prakarya. Mata pelajaran baru yang menggusur TIK dalam kurikulum 2013.

Sebagian guru pns pindah ke SMK dan bertahan di SMP dan SMA dengan menjadi guru bimbingan TIK sesuai permendikbud tentang peran guru TIK dalam kurikulum 2013 nomor 45 tahun 2015.

Inilah sebuah kisah nyata dari sebuah kebijakan yang memakan korban. Bukan hanya guru TIK tapi juga anak Indonesia. Mereka tak dapat kesempatan belajar TIK di era pembelajaran abad 21.

Wajar saja bila nilai ujian nasional siswa SMP menurun drastis. Sebab anak tak biasa menggunakan komputer dan internet. Keterampilan TIK mereka rendah karena belum menguasai TIK dengan baik. Hanya anak-anak yang terbiasa dengan komputer dan internet yang mendapatkan nilai tinggi.

Pemerintah bermaksud mengintegrasikan TIK ke semua mata pelajaran. Semua guru wajib menguasai TIK. Tapi sayangnya siswa tidak diwajibkan menguasai TIK. Guru banyak yang belum menguasai TIK sehingga materi TIK tak pernah sampai ke otak siswa. Terjadi kesenjangan antara siswa di kota dengan di desa.

Inilah anekdot yang terjadi di negeri ini. Bagaimana mungkin guru dan siswa menguasai TIK tanpa mempelajarinya? Kalau menggunakan saja mungkin bisa. Seperti anak balita yang bisa menggunakan ponsel orang tuanya.

Akibatnya bangsa ini tidak mengalami kemandirian di bidang TIK. Kita hanya menjadi bangsa pengguna produk TIK. Kita hanya menjadi konsumen dari produk-produk TIK yang diimport dari luar negeri. Kedaulatan TIK sebagai bangsa terancam dan banyak yang tidak menyadarinya.

Guru TIK harus bangkit dari kesedihan. Guru TIK harus mampu kreatif dan inovatif ketika regulasi tak bersahabat dengannya.

Beberapa orang guru TIK membentuk komunitas guru TIK. Komunitas ini kemudian bergabung bersama PGRI dengan nama Ikatan Guru TIK PGRI.

Sudah 37 kota mereka kunjungi dalam workshop elearning untuk rakyat bersama pak Onno W. Purbo pembina kami.

Rencana kami akan adakan kembali olimpiade TIK Nasional  (OTN) yang ketiga di Denpasar Bali pada 10-12 Agustus 2018 nanti.

Semoga kisah sedih guru TIK ini segera berlalu. Ada kebijakan baru yang membuat guru TIK bergembira.

Ada 33.818 guru TIK yang terdaftar di dapodik kemdikbud menunggu kebijakan baru di tahun ajaran baru. Mereka belum termasuk guru TIK yang terdaftar di simpatika Kemenag.

Dari hasil jajak pendapat kami dapatkan data bahwa TIK sebagai mata pelajaran masih diperlukan oleh publik. Hasilnya 97 % persen publik menginginkan TIK kembali sebagai mata pelajaran. Hanya 3 % saja yang tidak setuju dari 2500 lebih kuesioner yang kami bagikan secara online.

Hal itu menunjukkan bahwa keinginan masyakarakat atau publik agar TIK sebagai mata pelajaran faktanya sangat nyata.

Namun keinginan itu dikubur hidup-hidup oleh kebijakan Kemdikbud yang tetap memaksakan TIK hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai ilmu. Teknologi Informasi dan Komunikasi hanya dianggap sebagai alat bantu.

Inilah kisah sedih TIK di negeri ini. TIK dipisahkan paksa seperti pasangan kekasih hati Romeo dan Yuliet. Cinta mereka tak bertaut karena kemdikbud hanya menganggap TIK sebagai alat bantu pembelajaran saja.

Diskusi dan dialog sampai ke tingkat menteri sudah kami lakukan. Namun derita guru TIK tetap berjalan. Kisah sedih guru TIK akan terus berlanjut di saat TIK dianggap penting.

Semoga bapak presiden jokowi dapat kami temui di istananya. Hanya itu harapan kami satu-satunya. Sebab kami tahu pak Jokowi ingin anak-anak Indonesia diberikan ilmu tentang TIK sejak dini agar mereka memiliki ETIKA bermedia sosial. Sehingga tak ada lagi anak sekolah yang mengancam membunuh presidennya di media sosial.

Salam blogger persahabatan.

Omjay

Kunjungi http://wijayalabs.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun