Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

TIK Bukan Bimbingan, tapi TIK adalah Sebuah Mata Pelajaran

3 Februari 2016   11:56 Diperbarui: 8 Februari 2016   20:53 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mohon kiranya kawan-kawan yang membaca tulisan ini membantu kami. Mata pelajaran TIK dihapuskan dalam struktur kurikulum 2013. Lalu kemudian dijadikan bimbingan TIK sesuai dengan permendikbud nomor 45 tahun 2015.  Generasi penerus bangsa ini butuh pelajaran yang mengajarkan kepada mereka akan arti pentingnya dasar-dasar yang kuat untuk menancapkan pemahaman kepada mereka akan arti penting ETIKA dan MORAL pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

[caption caption="mata pelajaran TIK di sekolah"][/caption]Dari hasil survei di facebook group komunitas guru TIK dan KKPI, mayoritas guru dan siswa menginginkan mata pelajaran TIK kembali sebagai mata pelajaran. Selama ini, bimbingan TIK masih mengundang banyak persoalan di sekolah dan komunitas guru TIK dan KKPI hanya minta regulasi dari kemdikbud agar mata pelajaran TIK di SD, SMP dan SMA sudah ada lagi di tahun pelajaran 2016/2017. Juga mata pelajaran KKPI di SMK yang namanya diganti menjadi simulasi digital. 

Alasan pemerintah menghilangkan mata pelajaran ini di antaranya pembelajaran sudah seharusnya berbasis TIK (alat bantu guru dalam mengajar), bukan TIK sebagai mata pelajaran khusus yang harus diajarkan. 

Selain itu, jika TIK masuk struktur kurikulum nasional maka pemerintah berkewajiban menyediakan laboratorium komputer untuk seluruh sekolah di Indonesia, dan pemerintah tidak sanggup untuk mengadakannya, belum lagi banyak sekolah yang belum teraliri listrik. 

Menurut para guru TIK, jika TIK dianggap akan memberatkan pemerintah karena implikasinya pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarananya maka terkesan pemerintah ingin lepas dari tanggung jawab karena anggaran pendidikan yang mencapai 20 persen sudah tinggi. Pemerintah pusat harus bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mewujudkan setiap sekolah memiliki komputer dan internet. 

Selain itu, dengan adanya TIK sebagai mata pelajaran, maka pemerintah secara tidak langsung akan dipaksa untuk membangun infrastruktur listrik dan mengalirkannya hingga pedesaan. Dengan demikian Indonesia akan maju semakin pesat. Terbukti program kerja pemerintah agar ujian nasional berbantuan komputer akan semakin berjalan baik, sebab semua sekolah akan bisa mengikutinya. 

Perlu dicermati bahwa keberadaan mata pelajaran TIK selama kurun waktu 10 tahun terakhir membawa perubahan besar terhadap wajah pendidikan dan menjadi pemicu akselerasi sistem pembelajaran di Indonesia. Sekarang ini sudah mulai banyak siswa melek TIK dan harus diakui masih 76 % angkatan kerja kita yang lulus SD dan SMP. Adalah sebuah kebutuhan dan keharusan bila TIK terus dikembangkan oleh pemerintah agar bisa dinikmati oleh angkatan muda Indonesia. Dari matpel TIK akan kita mulai kemandirian TIK sebagai bangsa. 

Usulan pak Onno W Purbo (Pakar TIK di Indonesia) dalam suratnya ke Mendikbud terdahulu adalah penguatan pondasi pendidikan yang terkait TIK:

  1. Mata Pelajaran TIK tetap di pertahankan. Lebih baik lagi jika dikembangkan untuk menunjang transformasi seluruh sekolah menjadi e-learning / e-school.
  2. Ubah isi mata pelajaran TIK menjadi penunjang explorasi pengetahuan siswa. Dengan kondisi yang ada di sekolah terutama di daerah, tidak mungkin kita mengandalkan guru-guru mata pelajaran normal untuk membantu explorasi pengetahuan berbasis TIK.
  3. Saran saya, ubah isi TIK dari skill menggunakan komputer menjadi keterampilan untuk explorasi pengetahuan, seperti, simulasi berbagai bidang ilmu, akses ke e-library, online learning menggunakan moodle, dll.
  4. Berdayakan guru TIK agar mendukung explorasi pengetahuan & e-learning berbasis open source. Proses transformasi sekolah menjadi sekolah berbasis TIK hanya dimungkinkan jika kita memberdayakan dengan baik guru TIK.
  5. Kita perlu menyiapkan modul sekolah berbasis TIK dan Training of Trainer bagi para guru TIK bahkan menyekolahkan mereka ke jenjang yang lebih tinggi 

Banyak masiswa TIK di perguruan tinggi memberikan masukan agar TIK dikembalikan sebagai mata pelajaran lagi, dan materinya diperbaharui supaya bisa digunakan sebagai dasar di perguruan tinggi.  Sehingga saat di perguruan tinggi, mereka tidak lagi belajar dari nol. Terutama tentang materi computer programing atau coding. 

Seorang guru curhat di fb group kogtik.

"1 Dari 3 ruang tuk CBT / UNBK telah SIAP sampai-sampai anak anak ngga boleh menggunakannya ‪#‎gagalfaham‬"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun