Mohon tunggu...
Endiarto Wijaya
Endiarto Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Padawan

Menulis dan memotret kehidupan nyata adalah kegemaran saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Resensi Film "Kartini": Mengoreksi Posisi Kartini dalam Sejarah

22 April 2017   12:07 Diperbarui: 23 April 2017   00:00 25583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam film Kartini (courtesy wanitaindonesia.co.id)

Proses shooting film Kartini (courtesy fajaronline.com)
Proses shooting film Kartini (courtesy fajaronline.com)
Dari segi sinematografi dan artistik, kerjasama yang solid antara sutradara, penata kamera/ sinematografer (Faozan Rizal), penata seni/ art direcor (Allan Sebastian) dan penata busana/costume designer (Retno Ratih Damayanti) membuat film ini benar-benar menjadi tontonan yang menarik.

Faozan Rizal yang juga turut bekerjasama dengan Hanung Bramantyo dalam film Sang Pencerah dan Soekarno kembali menunjukkan kiprahnya sebagai sinematografer kelas atas yang piawai merekonstruksi warna-warna kehidupan masa lalu ke dalam sebuah film. Berkat kepiawaian Faozan, biopic Kartini terlihat tampil dengan warna bersaturasi lembut dan pencahayaan gambar yang realistis.sesuai dengan kondisi pencahayaan era Kartini yang umumnya masih mengandalkan cahaya lampu minyak.

Sedangkan Allan Sebastian yang pernah bekerjasama dengan Garin Nugroho dalam menggarap film Tjokroaminoto (2015) patut diacungi jempol dalam pekerjaannya karena berhasil menata gaya artistik yang sesuai dengan era kehidupan RA Kartini sehingga film ini menampilkan rasa estetika visual yang enak dinikmati.

Tak kalah pentingnya di sini adalah peran penata busana. Seorang penata busana (costume designer) bertugas menghidupkan tokoh dalam suatu film lewat busana/ kostum yang dikenakannya sesuai dengan tuntutan cerita. Untuk menghidupkan tokoh-tokoh dalam film Kartini tentu memerlukan keahlian dan kejelian yang mumpuni. Retno Ratih Damayani yang pernah tiga kali berturut-turut memenangkan penghargaan sebagai Penata Busana Terbaik dalam  Festival Film Indonesia untuk karyanya dalam film Habibie dan Ainun, Soekarno dan Tjokroaminoto, kembali menunjukkan kepiawaiannya melalui busana-busana yang dikenakan oleh Kartini dan para tokoh dalam film ini sesuai dengan kelas sosial pada jamannya. Kita bisa mencermati busana yang dikenakan oleh Sosrokartono seolah merefleksikan kelincahan dan kecendekiawanan tokoh itu yang  dalam sejarah dikenal sebagai polyglot serta mahir menggunakan 24 bahasa asing sekaligus seorang wartawan perang. Di sisi lain kita bisa juga melihat unsur kegagahan dan kemewahan busana yang dikenakan para bupati dan pejabat Belanda dalam film itu.

Elemen penting yang turut menunjang mutu film ini adalah keberadaan deretan artis papan atas lintas generasi. Keberadaan Deddy Sutomo dan Christine Hakim mengokohkan jalinan cerita biopic ini. Penggemar artis masa kini juga bakal rugi kalau tidak menonton film ini. Mau nonton bagaimana Denny Sumargo, Acha Septriasa dan Dian Satrowardoyo tampil dalam satu film ?  Yuk buruan tonton Kartini di bioskop !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun