Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

It's a Girl, Tiga Kata Paling Mematikan di Dunia

26 Oktober 2020   10:52 Diperbarui: 26 Oktober 2020   14:50 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fetus. Sumber: desiblitz.com

Rata-rata keluarga akan membiarkan anak perempuan pertama hidup, untuk menolong sang ibu mengurus rumah. Tetapi anak perempuan kedua dan seterusnya harus dibunuh, sebab anak seterusnya haruslah lelaki. Nah, para bayi perempuan ini dibunuh dengan 4 alasan utama, yaitu:

  • Anak perempuan dianggap tidak mampu menolong orangtua dalam pekerjaan
  • Anak perempuan tidak akan meneruskan nama/nasab keluarga
  • Anak perempuan membutuhkan mas kawin yang mahal saat menikah
  • Anak perempuan saat menikah akan pindah ke rumah mertua dan melupakan orangtua kandung mereka.

Pada Januari 2015, Perdana Menteri Narendra Modi meluncurkan program 5 tahun bernama "Beti Bachao, Beti Padhao" (Save the Daughter, Educate the Daughter) untuk menurunkan angka pembunuhan terhadap bayi perempuan. Skema ini diterapkan di 100 distrik dengan sex ratio rendah antara anak lelaki dan perempuan. Namun, program ini nampaknya perlu ditinjau ulang sebab pembunuhan pada bayi perempuan masih berlangsung hingga 2019.

Hal serupa terjadi di Pakistan dan praktek female infanticide di negara ini berkaitan dengan kemiskinan. Anak-anak lelaki biasanya diberi pelayanan yang jauh lebih baik dari anak-anak perempuan, seperti pengistimewaan pengasuhan; makanan dan akses kepada layanan kesehatan. Terlelbih jika di bayi perempuan lahir dari hubungan di luar pernikahan, akan langsung dibunuh beserta ibu yang mengandungnya dengan tujuan menjaga kehormatan keluarga. 

Sayangnya, praktek ini hanya terjadi pada bayi perempuan dan tidak untuk bayi lelaki. Perempuan yang hamil di luar pernikahan dan memiliki bayi lelaki akan bebas dari kematian mengerikan, dan si bayi akan diperlakukan dengan istimewa sebagaimana bayi-bayi yang lahir dari pernikahan sah. 

Meskipun secara hukum negara pembunuhan pada bayi perempuan merupakan tindakan ilegal, warga tetap saja melakukannya dan hanya sedikit kasus yang dilaporkan. Ratusan bayi perempuan terbukti dibunuh.

Selain female infanticide, ada praktek lain yang tak kalah menyedihkan. Yaitu bayi-bayi perempuan dibuang atau dijual kepada orang asing tanpa persetujuan ibu yang melahirkan mereka. Banyak praktek perdagangan orang ini dilakukan oleh ibu mertua atas izin ayah si bayi. 

Para suami atau ibu mertua kemudian berbohong pada ibu sang bayi bahwa bayinya meninggal tak lama setelah dilahirkan untuk menutupi kebusukan mereka tanpa menimbulkan kecurigaan sang ibu. Atau ada juga para lelaki yang memilih memberikan bayi perempuan mereka kepada temannya daripada sang bayi dibunuh oleh keluarganya. 

Pada 2016 misalnya, Pengadilan Tinggi Madrash melakukan identifikasi pada 83 orang perempuan yang dibuang atau dijual orangtuanya selagi bayi pada periode 1996-1998. Perempuan ini ingin kembali kepada keluarga asli mereka dan sebagian orangtua juga ingin kembali berkumpul dengan anak-anak perempuan mereka.

MARI MERAYAKAN KELAHIRAN BAYI PEREMPUAN

Pembunuhan secara sengaja dan sistematis berbasis gender di India tentu saja menyisakan penyesalan bagi banyak orangtua. Karenanya tak sedikit puisi ditulis untuk menggambarkan kesedihan dan hancurnya hati para orangtua karena telah membunuh anak mereka sendiri hanya karena lahir sebagai perempuan. Pembunuhan sistematis pada bayi perempuan India mendapatkan perhatian dunia. 

Dalam laporan The Geneva Centre for the Democratic Control of Armed Forces yang berjudul "Women in an Insecure World" pada 2005 menyebutkan bahwa bayi perempuan yang menjadi korban genosida berbasis gender mencapai 191 juta, yang jumlahnya hampir mirip dengan korban semua konflik sosial dan peperangan sepanjang abad 20. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun