Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saatnya Mahasiswa Malu Jadi Benalu

30 Agustus 2015   06:49 Diperbarui: 30 Agustus 2015   06:49 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa harus punya peran untuk lingkungannya

Kisah diatas adalah ilustrasi tentang mahasiswa pemalas yang kuliah di kampus bergengsi. Tipe mahasiswa anak papa yang tidak mau membangun jalan karirnya sendiri dengan susah payah sejak di bangku kuliah, melainkan menyusu pada papa yang bisa melancarkan semua urusan sebagaimana lancarya urusan transfer uang bulanan. Ia yang mungkin belum pernah mengalami sulitnya meraih pendidikan sebagaimana anak-anak miskin, tidak paham makna berjuang. Mahasiswa anak papa yang demikian inilah yang harus dirubah perspektifnya. Bahwa fungsi mahasiswa bukan cuma kuliah mengejar gelar dan numpang tinggal di kos-kosnan sekitar kampus, juga harus berguna bagi masyarakat dimana ia tinggal selama kuliah. 

Ibu penjaga kosanku bahkan sering mengeluh padaku tentang si A atau si B yang suka jadi pengacau atau yang sikapnya kurang sopan. "Katanya mahasiswa tapi kalau bicara sama ibu teriak-teriak, nggak sopan," ujar ibu kos tentang si A. "Si B pulang jam 1 malem gedor-gedor jendela kamar ibu, ibu biarin aja. Bodo amat dia mau tidur dimana. Kan udah peraturannya kosan dikunci jam 11 kenapa juga dia keluyuran sampe malem. Kalau mau seenaknya kan bisa tinggal di apartemen," keluh ibu kos lagi soal si B. Dan sebagai orang yang tidak pernah mencicipi bangku kuliah dengan pekerjaan rendah sebagai penjaga kos-kosan, ibu kos merasa tidak dihargai anak-anak kosan kami yang rata-rata mahasiswa. Ia menilai bahwa saat ini perilaku mahasiswa cenderung buruk dan tidak punya sopan santun, bahkan oleh mereka yang menyabet gelar "putri" kecantikan. 

Ya, nampaknya orientasi mahasiswa hanya untuk meraih gelar A,C,B tapi lupa sikap bersopan-santun terhadap orang-orang di sekeliling mereka. Mereka bicara hal-hala akademis dan keilmuwna di kampus, tapi menjadi pengacau kecil saat tinggal bersama masyarakat. Mereka juga mungkin lupa bahwa para penjaga kos-kosan adalah pengganti orangtua mereka yang memperhatikan keselamatan mereka selama 24 jam. Saatnya para mahasiswa kembali menemukan jati diri mereka sebagai pelaku perubahan (Actor of change) bukan sebagai benalu yang tidak tahu aturan seakan-akan tak pernah sekolah. Karena kos-kosan adalah rumah dimana mahasiswa tinggal selama belajar, selayaknya mereka bersikpa hormat kepada lingkungan sekitar sebagaimana mereka menghormati kedua orang tua mereka dan lingkungan kampus.

Depok, Agustus 2015

BACA JUGA

 LITTLE FOREST; Film Indah Tentang Filosofi Makanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun