Mohon tunggu...
Dewi Wulan Angraeni
Dewi Wulan Angraeni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

"Tidak ada akhir yang nyata. Itu hanya tempat di mana kamu menghentikan ceritanya." Frank Herbert

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Keempat_CGP Angkatan 6

24 Oktober 2022   21:52 Diperbarui: 24 Oktober 2022   22:07 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Model Refleksi Connection, Challenge, Concept, Change (4C)

"Budaya Positif" 

Sekolah merupakan rumah kedua, sehingga harus memberikan rasa enang, aman, dan nyaman kepada seluruh warganya. Modul 1.4 "Budaya Positif" ini menjembatani saya untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid, sehingga terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Sebagai Calon Guru Penggerak, saya harus dapat menciptakan budaya positif baik di kelas maupun di sekolah. Materi dalam modul 1.4 membuat saya memiliki pemahaman dan pengalaman yang lebih mendalam tentang bagaimana peran guru dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi.

Banyak materi baru yang saya dapatkan pada modul 1.4. Selama ini saya berasumsi bahwa guru dapat mengontrol murid dalam perilakunya. Saya berpikir, dengan memberikan penguatan positif dan membuat murid merasa bersalah, akan menumbuhkan motivasi murid untuk melakukan nilai-nilai kebajikan. Ternyata, hal tersebut hanyalah ilusi. Saya juga sering berada pada posisi penghukum, tanpa ingin mengetahui apa yang murid butuhkan.

Konsep utama yang saya pelajari dari modul 1.4 ini adalah disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi.

Sebelumnya, saya memaknai disiplin sebagai kepatuhan murid pada peraturan atau tata tertib sekolah. Namun, hal itu adalah hal yang tidak benar. Disiplin positif adalah belajar kontrol diri dengan menggali potensi, untuk mencapai tujuan yang mulia. Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang pada murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan berdasarkan nilai-nilai yang mereka hargai.

Pada konsep teori kontrol, saya mempelajari bahwa setiap orang memiliki kontrol atas dirinya sendiri, termasuk murid. Murid memiliki kemerdekaan, cakap untuk memerintah dirinya sendiri (Ki Hadjar Dewantara). Dalam menciptakan disiiplin positif, guru perlu menghilangkan ilusi guru mengontrol murid, penguatan positif efektif dan bermanfaat, kritik dan membuat rasa bersalah menguatkan karakter, dan ilusi orang dewasa berhak memaksa.

Konsep penting lainnya yang saya pelajari adalah teori motivasi. Perilaku yang ditunjukan oleh seseorang didasari oleh sebuah tujuan/ motivasi. Menurut Diane Gossen, terdapat 3 motivasi yang mendasari perilaku manusia, yaitu menghindari hukuman, mendapat imbalan, dan menghargai diri sendiri.

Motivasi menghindari hukuman dan mendapat imbalan merupakan motivasi ekstrinsik, sehingga dampaknya akan terasa dalam jangka pendek. Sedangkan motivasi menghargai diri sendiri merupakan motivasi intrinsik. Dalam menciptakan disiplin positif, diharapkan tumbuhna motivasi intrinsik murid, agar murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan berdasarkan nilai-nilai yang mereka hargai.

Selanjutnya, konsep posisi kontrol guru. Terdapat 5 posisi kontrol guru dalam menyelesaikan masalah murid, yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, pemantau, teman, dan manajer. Dengan posisi penghukum dan pembuat rasa bersalah, murid akan melaksanakan nilai-nilai kebajikan karena tidak ingin mendapatkan hukuman. Dengan posisi pemntau dan teman, murid akan melaksanakan nilai-nilai kebajikan karena ingin mendapatkan imbalan, dan dengan posisi manajer, murid akan melaksanakan nilai-nilai kebajikan karena menghargai dirinya sendiri.

Konsep kebutuhan dasar. Pada konsep ini, saya mempelajari bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh murid, baik perilaku positif maupun perilaku negatif didasari oleh keinginannya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kesenangan, dan kebebasan.

Konsep keyakinan kelas. Keyakinan kelas adalah paradigma baru. Mengapa tidak peraturan kelas saja? Peraturan lebih identik kepada segala sesuatu yang harus dilaksanakan. Peraturan biasanya dilaksanakan karena ingin menghindari hukuman atau mendapatkan imbalan. Lain halnya dengan keyakinan kelas. Keyakinan kelas disusun dengan berdialog, curah pendapat dengan siswa. Keyakinan kelas ini disusun berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal yang murid yakini dan hargai, sehingga murid akan melaksanakannya karena ada motivasi intrinsik (menghargai diri sendiri).

Konsep yang terakhir adalah segitiga restitusi. Segitiga restitusi merupakan sebuah strategi yang dapat dilakukan sebagai proses menciptakan kondisi menuntun murid untuk memperbaiki kesalan-kesalahan yang mereka lakukan. Dengan penerapan segitiga restitusi murid diharapkan bisa kembali ke kelompok mereka dan telah memiliki karakter yang kuat dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Dengan penerapan segitiga restitusi juga diharapkan mampu meningkatkan motivasi murid untuk lebih baik sepanjang hidupnya dan motivasi tersebut muncul dari dalam diri sendiri bukan karena merasa tidak nyaman maUpun mengharapkan penghargaan. Segitiga restitusi ini terdiri dari tiga tahap, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

Hal yang akan saya perbaiki setelah mempelajari modul 1.4 adalah saya tidak lagi memaksa dan mengontol murid. Ketika saya menemukan siswa yang melakukan pelanggaran, saya tidak serta merta manyalahkan atau memarahinya. Saya akan menerapkan segitiga restitusi untuk mengetahui kebutuhan dasar apa yang sedang dipenuhi oleh murid tersebut, apa yang murid inginkan, dan membimbing siswa, sehingga siswa dapat menemukan solusinya sendiri berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun