Suatu hari, teman saya Dina melalui email, minta tolong saya untuk menyimpan Daftar Riwayat Hidup, atau bahasa kerennya Curriculum Vitae alias CV atau Vitae suaminya, kalau-kalau ada informasi perekrutan pegawai baru di tempat saya, atau di lingkaran teman-teman saya. Walau bukan staf HRD, namun saya sering ketitipan masalah seperti ini. Dan bagi saya tidak masalah, karena saya tidak berkewajiban untuk mencarikannya pekerjaan, hanya membuka mata dan telinga sekiranya ada lowongan yang pas untuk suami teman saya itu.
Tapi, saya melongo saat melihat CV itu. Langsung saya telpon Dina.
“Dina, kalo suamimu masih juga bikin CV kayak gitu, percaya deh, itu bakalan masuk tong sampah tanpa diliat dulu. Lagipula itu bukan CV, tapi resume...”
“Ih, kok sadis gitu sih Mbak? Lagian Mas Heru kan cuma teknisi dan security, buat apa dibagus-bagusin? Terus, apa yang salah dari CV-nya? Resume itu apa?”
Ternyata Dina tidak tahu bedanya CV dengan resume. Di tengah kemudahan teknologi untuk mencari informasi apapun, rupanya sepasang suami istri itu tidak update dengan hal-hal yang termasuk penting ini. Punya BB, punya laptop walau jadul dilengkapi dengan akses internet, tapi kenapa bisa begini?
Dalam melamar pekerjaan, selain surat pengantar yang menyatakan keinginan untuk melamar posisi tertentu, tentu dilampirkan pula CV yang isinya :
· Foto.
· Data pribadi lengkap
Nama, alamat, nomer kontak yang bisa dihubungi dan usia. Kadang dicantumkan pula status perkawinan dan agama. Namun di beberapa perusahaan besar, multinasional atau asing, tiga data terakhir tidak diperlukan. Karena berdasarkan pengalaman saya, walau usia saya sudah cukup banyak, dengan faktor keuntungan dan keyakinan, faktor itu dapat saya lalui dan tidak pernah ditanyakan saat proses wawancara sekalipun. Para pewawancara rupanya lebih tertarik dengan pengalaman dan kemampuan saya daripada usia dan status perkawinan saya. Namun, ada beberapa posisi yang memang memerlukan yang muda-muda, misalnya SPG, resepsionis dan beberapa posisi lainnya. Hobby, sekiranya relevan dengan posisi yang dilamar, tentu lebih baik jika dicantumkan pula.
· Latar belakang pendidikan
Diurut dari tahun tertua sampai yang muda.
Jika dalam keadaan sebenarnya kita mulai dari TK, SD, SMP, SMA (Kejuruan), kuliah, maka dalam CV dimulai dari jenjang kuliah sampai SMP sudah cukup. Karena bagaimanapun, untuk bisa sampai ke SMP tentunya harus lulus SMP dulu. TK apalagi, tidak perlu dicantumkan.
· Pengalaman kerja.
Seperti halnya latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dimulai dari tahun tertua, saat bekerja sekarang atau terakhir ke pekerjaan awal, dilengkapi juga dengan rincian tugas dan tanggung jawab pekerjaan. Ini penting untuk menunjukkan kepada HRD perusahaan yang kita lamar apakah kualifikasi pekerjaan kita memenuhi persyaratan yang diajukan.
· Daftar kursus, keterampilan dan penghargaan yang pernah dicapai.
· Referensi.
Untuk referensi, jika belum melalui proses wawancara, disarankan untuk memberi keterangan ‘akan diberikan sesuai permintaan’ atau ‘upon request’. Bukan apa-apa, hanya menjaga supaya kita tidak menyebarkan nama dan nomer kontak referee. Kalau sampai digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat kan tidak enak juga dengan mereka. Lain halnya jika setelah wawancara dan si pewawancara terlihat antusias terhadap kemampuan kita, bolehlah diberikan, dengan catatan bahwa yang bersangkutan sudah diinformasikan terlebih dahulu dan setuju untuk menjadi referee.
Setelah semua selesai, tidak ada kesalahan ketik dan tidak berbohong dengan isinya, maka dengan bantuan tombol Enter atau klik di mouse, CV dan surat lamaranpun terkirim. Lampiran pada surat pengantarpun cukup di-scan dan bisa dikirim berulang-ulang. Mudah, murah dan cepat bukan?
Kalau dipikir-pikir, melamar pekerjaan di saat sekarang jauh lebih mudah daripada jaman baheula. Dulu, jaman komputer masih jarang di temui di rumah-rumah, saat mau melamar membawa koran yang isinya lowongan kerja yang mau dilamar, disket atau flashdisk ke warnet dulu, lalu mengedit lamaran sesuai posisi, lalu di-print, dilampiri dengan copy ijazah dan daftar nilai plus foto terbaik, masukkan ke dalam amplop, pergi ke kantor pos, pasang perangko, lalu terkirimlah surat-surat lamaran atas posisi-posisi yang sumbernya dari lowongan di surat kabar. Makanya, saat itu mungkin petugas posnya sudah tidak aneh dengan kelakuan para pencari kerja yang datang ke kantor pos setiap Sabtu dengan membawa 10 atau lebih surat lamaran. Nostalgila euy...
Adapun resume, tidak jauh berbeda dengan CV. Resume hanya berisi point-point ringkas dan tidak sedetail CV.
Mari kita lihat resume Mas Heru yang sudah saya kembangkan menjadi CV.
[caption id="attachment_213254" align="aligncenter" width="300" caption="Contoh Resume asli, sebelum diedit dan dipercantik"][/caption] Dan ini adalah resume yang dikembangkan menjadi Curriculum Vitae.
[caption id="attachment_213257" align="aligncenter" width="300" caption="Contoh Curriculum Vitae"]

Nah, dari dua contoh di atas, walaupun bukan orang HRD, tentunya akan lebih memilih menu yang kedua. Karena itu, dalam melamar pekerjaan, kembangkan kreatifitas dalam membuat CV semenarik mungkin yang akan memberikan gambaran kepada pembaca siapa kita dan apakah pekerjaan kita selama ini sesuai dengan posisi yang dilamar. Dan yang pasti, jangan berbohong tentang kemampuan kita. Gunakan kemampuan bahasa asing yang standard walaupun kemampuan kita bisa lebih dari itu. Jika memang beruntung, tunjukkan kemampuan itu saat diwawancara. Adu pintar lah istilahnya heheee..
Coba lihat, sudah update-kah CV Anda? Mungkin saja mau melamar jadi staf gubernur atau wagub anyar??... Huhuuyy!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI