Mohon tunggu...
miranti widya ponulele
miranti widya ponulele Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Pembangunan Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah

Palu Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesawat Malaysia Airlines Tertembak, Mungkinkah Memicu Perang Dunia Ketiga?

18 Juli 2014   19:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam tadi saya terkesima saat membaca postingan salah satu sahabat di social media. Sebuah link yang isinya memberitakan sebuah pesawat komersial yang jatuh di wilayah ukraina dan kemungkinan besar ditembak oleh misil dengan jarak tembak hingga mencapai zona aman penerbangan. Hal yang membuat saya tertarik adalah pernyataan salah satu senator Amerika John Mc cain yang menyatakan bahwa jika benar Rusia berada dibalik penembakan MH 17 maka akan memiliki dampak yang sangatluar biasa.Sejalan dengan hal tersebut, Presiden Amerika Barrack Obama terlihat cukup reaktif pasca peristiwa penembakan Malaysia Airlines dengan adanya wacana untuk mengirimkan pasukan Amerika dalam mengamankan lokasi jatuhnya pesawat yang notabene merupakan wilayah rawan konflik antara Pemerintah Ukraina dengan milisi pro rusia.

Amerika Serikat dan Rusia, dua Negara seteru lama yang pernah terlibat dalam perang dingin ini kembali memanas pasca pergolakan politik di Ukraina. Maret 2014 Presiden Viktor Yanukovych yang digulingkan kelompok oposisi pada tanggal 24 Februari 2014 melarikan diri ke Rusia.Di dalam pengasingan, Yanukovych yang memiliki darah Rusia mengungkapkan adanya konspirasi Negara asing dan politisi lokal yang menggulingkannya. Semenjak itu, Rusia tertarik pada kemelut Ukraina, dan seolah menjadi magnet bagi Amerika Serikat untuk melakukan hal yang sama. Cukup aneh memang, mengingat Ukraina merupakan Negara yang berdaulat dan Negara-negara adidaya ini tidak memiliki sangkut paut secara langsung dalam konflik ini. Namun yang terjadi kemudian justru sebaliknya, perang diplomasi dan saling sindir antara Presiden Amerika dan Presiden Rusia tidak dapat dihindarkan. Bahkan Amerika melakukan sanksi Ekonomi bagi Rusia dikarenakan bergabungnya wilayah Crimea ke dalam Negara Rusia, yang diartikan sebagai sebuah aneksasi atau pengambilan paksa wilayah oleh Amerika Serikat. Pihak Rusia sendiri berdalih bahwa bergabungnya Crimea merupakan aspirasi masyarakat melalui proses referendum. Sikap Amerika ini sangat berbeda jika dibandingkan saat Timor-timur melakukan referendum.Hal ini membuat saya kemudian berpikir apakah mungkin momentum jatuhnya MH 17 akan dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk lebih intens dalam kemelut ukraina? Jika memang seperti itu, tidak menutup kemungkinan hubungan antara Amerika dan Rusia akan semakin memanas dan merembet kemana-mana, sehingga agresi militer mungkin saja akan menjadi pilihan kedua Negara. Selanjutnya saya rasa kompasianer dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika peperangan tidak dapat dihindarkan. Tulisan ini hanyalah sebuah opini yang saya buat berdasarkan rangkaian peristiwa sebelumnya. Saya pribadi berharap peperangan bukanlah menjadi opsi karena akan menambah catatan hitam dan merugikan warga yang tidak memiliki keterkaitan apa-apa dengan konflik Rusia dan Amerika.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun