Mohon tunggu...
Widya Oppy Ajeng Azzizah
Widya Oppy Ajeng Azzizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pergerakan Tanah dan Danau Lumpur di Kabupaten Bandung Barat

28 Desember 2020   21:03 Diperbarui: 28 Desember 2020   21:27 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: news.detik.com

Pergerakan Tanah dan Danau Lumpur di Kabupaten Bandung Barat

Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batu pada arah tegak, mendatar, maupun miring dari kedudukan semula. Gerakan tanah mencakup gerak rayapan, aliran, maupun longsoran. Menurut Wakhidah et al. (2014), penyebab terjadinya gerakan tanah salah satunya adalah adanya bidang gelincir. Bidang gelincir adalah bidang licin tempat bergeraknya material longsor.

Penyebab pergerakan tanah pada umumnya yaitu sebagai berikut :

  • Erosi. Penyebab dari erosi bisa berasal dari berbagai jenis air tanah yang ada. Salah satunya adalah erosi yang ditimbulkan oleh air hujan. Biasanya, pergerakan tanah yang disebabkan oleh hal ini banyak ditemukan di daerah lereng-lereng bukit yang curam. Hal ini bisa terjadi ketika vegetasi yang ada pada daerah tersebut bisa dikatakan sangat minim.
  • Tanah jenuh air. Tanah yang mampu menyerap air dengan cepat ini akan sangat berbahaya ketika musim hujan tiba. Hal ini terjadi ketika intensitas hujan tinggi dan akan berbanding dengan laju penyerapan tanah yang tinggi. Ketika tanah mencapai titik jenuhnya, maka ada kemungkinan tanah akan kehilangan daya penopang yang dapat mengakibatkan bencana seperti tanah amblas.
  • Gempa bumi. Penyebab pergerakan tanah yang satu ini dikarenakan adanya pergerakan pada lempeng tektonik bumi. Terjadinya gempa bumi ini tidak memiliki hubungan terhadap jenis dan karakteristik tanah. Hal ini dikarenakan kekuatannya yang terkadang cukup besar yang mengakibatkan efek negatif yang ditimbulkan akan berbeda-beda.
  • Beban berlebihan. Ancaman terjadinya pergerakan tanah akibat beban yang berlebih sangat bisa terjadi. Apalagi dengan pembangunan yang terus berkelanjutan dan tidak mengindahkan aspek alami sehingga ketika terjadi pergerakan tanah maka bangunan atau fasilitas tersebut dapat roboh.

Pergerakan tanah dapat terjadi apabila gaya gravitasi yang dialami oleh massa pada lereng melebihi kekuatan resistensi dari massa tersebut. Semakin besar kekuatan material massa dan gaya gesek internal antarpartikel, maka semakin stabil pula lereng tersebut.

Selain itu, proses pergerakan tanah juga dapat diidentifikasi dengan adanya hujan yang terus-menerus mengguyur suatu wilayah dengan kondisi geologi yang bisa menyebabkan pergerakan tanah akan membuat muka air tanah naik dan melunakkan kekuatan tanah dalam menyangga permukaan tanah sehingga tanah akan mulai bergerak secara perlahan.

Untuk mencegah terjadinya pergerakan tanah, maka perlu dilakukan langkah-langkah mitigasi terhadap wilayah sekitar yang rawan mengalami pergerakan tanah. Langkah yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara reboisasi. Reboisasi dapat mencegah terjadinya pergerakan tanah dengan cara meningkatkan jumlah pohon yang ada pada permukaan tanah. Akar-akar dari pohon ini yang nantinya akan membantu mengikat tanah sehingga tanah akan lebih resisten terhadap tekanan eksternal. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah pergerakan tanah yaitu dengan membuat terasering pada daerah lereng.


Terasering dapat mengurangi laju runoff air sehingga turut mengurangi laju erosi. Selain itu, terasering biasanya juga dilakukan bersamaan dengan stabilisasi lereng. Upaya stabilisasi lereng umumnya dilakukan dengan cara mengurangi kemiringan lereng dan memasang pasak besi atau kayu untuk meningkatkan gaya gesek antarpartikel tanah.

Fenomena pergerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Desa Bunijaya dan Desa Cilangari, Kecamatan Gununghalu. Menurut Kepala Sub Bidang Mitigasi Gerakan Tanah dari PVMBG, pergerakan tanah yang terjadi dikarenakan sebagian besar tanah di wilayah selatan Bandung Barat merupakan tanah lapukan vulkanik. 

Tanah hasil lapukan vulkanik memiliki karakteristik relatif lebih gembur atau cenderung lebih lembek. Keadaan morfologi wilayah Desa Cilangari yang termasuk wilayah dengan kemiringan yang tinggi juga menjadi penyebab terjadinya pergerakan tanah.

Selain faktor tanah yang gembur, musim kemarau yang panjang juga ikut menjadi andil penyebab pergerakan tanah ini. Akibat kemarau panjang yang terjadi, kondisi tanah menjadi retak-retak. Saat hujan turun, terutama jika durasi hujan lama, air akan masuk ke dalam retakan tanah sehingga menyebabkan tanah mudah mengalami longsor.

Fenomena lain yang juga terjadi di Kabupaten Bandung Barat yaitu Danau Lumpur. Danau Lumpur yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan manusia. Masyarakat sekitar desa banyak yang membuka lahan pertanian basah. Lahan pertanian basah tersebut dibuat di lereng-lereng sehingga semakin memudahkan terjadinya pergerakan tanah yang mengakibatkan terbentuknya danau lumpur karena tanah yang mengalami longsor merupakan tanah basah hasil dari lahan pertanian basah. Hampir semua lahan pertanian atau sawah yang ada merupakan sawah basah.

Jika ditinjau lebih jauh lagi, kondisi batuan yang ada di lereng-lereng kurang mendukung aktivitas pertanian, terutama pertanian lahan basah. Kondisi tanah dengan kemiringan yang lerengnya cukup terjal tidak cocok jika digunakan sebagai lahan pertanian basah.

Namun, apabila masyarakat tetap ingin melakukan aktivitas pertanian di lereng sebaiknya diikuti dengan penanaman tanaman keras dengan akar yang cukup kuat. Fungsi dari akar yang kuat yaitu untuk menyerap air dan mengikat tanah yang ada di bawahnya sehingga tidak mudah mengalami longsor.

Longsor dan Danau Lumpur yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat. 

 Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4820887/pvmbg-ungkap-faktor-penyebab-pergerakan-tanah-dan-  danau-lumpur-di-kbb

Selain akibat dari aktivitas pertanian lahan basah, longsor juga disebabkan oleh pembangunan pemukiman di daerah dengan kemiringian curam menggunakan konstruksi beton. Beton termasuk bahan bangunan yang berat sehingga tanah tidak mampu menahan beban yang terlalu berat dan terjadilah longsor. Sebisa mungkin pembangunan dilakukan menggunakan material yang ringan dan tidak di daerah dengan kemiringan yang terjal.

Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa pergerakan tanah dan danau lumpur yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat disebabkan oleh jenis tanah berupa pelapukan vulkanik dengan karakteristik gembur dan lembek. Faktor morfologi wilayah, kemarau panjang, hujan dengan durasi yang relatif lama, aktivitas pertanian lahan basah masyarakat desa, dan pembangunan di lereng dengan konstruksi beton juga menjadi penyebab terjadinya pergerakan tanah dan danau lumpur.

Untuk menghindari fenomena ini agar tidak terulang, maka sebaiknya masyarakat desa setempat tidak melakukan aktivitas pertanian lahan basah dan membangun pemukiman di lereng.

Jika tetap ingin dilakukan, maka harus dilakukan juga penanaman tanaman keras dengan akar yang kuat dan pembangunan dilakukan dengan material yang lebih ringan sehingga dampak buruk dapat dihindari.

Kelompok 3 :

1. Saeful Bahri (H0220063)

2. Salsabila Khoirunnisa (H0220064)

3. Videlia Putri Pratama (H0220071)

4. Widya Oppy Ajeng Azzizah (H0220073)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun