Pak Rahmad, Sang Guru yang Menginspirasi
Oleh : Widodo, S.Pd.
Di sebuah sekolah dasar di pinggiran kota Tangerang, terdapat seorang guru yang sangat dikenal oleh murid-muridnya, Pak Rahmad namanya. Seorang guru yang telah mengabdi puluhan tahun di dunia pendidikan, dengan penuh semangat dan dedikasi. Tidak hanya mengajar di kelas, Pak Rahmad juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan klub motor touring yang sering melakukan perjalanan bersama sahabat-sahabatnya.
Pak Rahmad gemar bergaul, menikmati setiap kesempatan untuk belajar dan berkenalan dengan orang-orang baru. Ia sering kali berbicara dengan teman-temannya tentang pentingnya memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Ia percaya bahwa hidup itu bukan hanya soal mengajar di kelas, tapi juga tentang terus mengeksplorasi dunia di luar sana, bertemu dengan orang-orang yang memiliki berbagai cerita dan pengalaman. "Bertemu orang baru itu seperti menambah umur," begitu katanya.
Suatu malam, Pak Rahmad diundang untuk membawakan acara renungan dalam sebuah kegiatan api unggun untuk anak-anak pramuka penggalang. Sambil menatap api yang berkobar, ia mulai berbicara tentang hal yang sangat penting dalam kehidupan---tentang bagaimana menghormati orang tua, terutama ibu dan ayah.
Anak-anak pramuka yang mendengarkan dengan seksama, tiba-tiba mulai terlihat merunduk, ada yang menundukkan kepala, bahkan ada yang menyeka air mata. Salah satunya adalah Adam, seorang anak yang terkenal nakal di kelas. Adam menangis tersedu-sedu. Ia teringat akan ibunya yang telah lama meninggalkannya. "Aku belum sempat berbuat baik padanya," bisik Adam dalam hatinya. Air matanya tak bisa dibendung.
Di samping Adam, Putri juga menangis. Hidup keluarganya sedang dilanda kesulitan ekonomi. Ibunya yang seorang pedagang kecil tidak lagi dapat menjual dagangannya. "Mengapa hidup kami begitu susah?" pikir Putri, merasa cemas dan takut akan masa depan yang kelam.
Di sisi lain, Raka, seorang anak laki-laki yang pendiam, juga tak bisa menahan tangisnya. Ia tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Raka hanya mengetahui ayahnya dari cerita-cerita yang didengarnya dari teman-teman. "Kenapa ayahku tidak ada?" tanya Raka dalam hati, merasakan kesedihan yang mendalam.
Melihat anak-anak yang begitu terpukul oleh perasaan mereka, Pak Rahmad merasa perlu untuk memberikan semangat. Dengan lembut, ia mulai menceritakan kisah-kisah inspiratif yang mampu mengangkat hati anak-anak itu.
"Anak-anak, kehidupan ini tidak selalu mudah. Kita tidak bisa memilih keadaan yang kita hadapi, tetapi kita selalu bisa memilih bagaimana kita menghadapinya," kata Pak Rahmad dengan suara lembut namun penuh keyakinan.
Ia bercerita tentang J.K. Rowling, penulis terkenal yang dulu hidupnya penuh kesulitan, bahkan pernah merasakan kegagalan berkali-kali sebelum akhirnya berhasil dengan seri novel Harry Potter. Ia juga menceritakan tentang Cristiano Ronaldo, seorang pemain sepak bola terbaik dunia yang dulunya merupakan anak yang dianggap berbeda karena autisme. "Lihatlah dia sekarang," kata Pak Rahmad, "Dia tidak menyerah, dan dunia mengakui karyanya."