Mohon tunggu...
Wido Cepaka Warih
Wido Cepaka Warih Mohon Tunggu... Lainnya - Urip iku urup

Suka bertualang, pembelajar, pernah menjadi tenaga pendidik di pelosok dan pendamping pulau-pulau terluar, pemerhati masyarakat, isu sosial, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kopi Semangat bersama Penyuluh Perikanan Pulau Terluar

25 Januari 2017   03:00 Diperbarui: 25 Januari 2017   09:49 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salam semangat dari Tanimbar

Pagi ini di negeri Duan Lolat (baca: Kabupaten Maluku Tenggara Barat) cuaca nampak cerah dan bersemangat. Ku jelang sinar mentari pagi dengan mencuci setumpuk pakaian kotor. Mungkin pernah ada yang bertanya seperti halnya kejadian serupa saat aku mencuci motor di masa yang lalu, "buat apa dicuci toh nanti kotor lagi". Aku hanya tersenyum menanggapi gurauan di masa itu. Jalanan di depan sekretariat nampak sepi tidak seperti biasa, aku baru teringat kalau hari ini kantor yang berjajar seri di sepanjang jalan yang memuat nama proklamator Republik ini libur. Hanya terlihat beberapa pemuda yang berlari kecil, seorang ayah yang memboncengkan sang putri di motor keluaran Jepang menuju ke suatu lokasi yang sudah disepakati, maupun Pak Panus dan Pak Maikel (keluarga baru di sekretariat Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT), Saumlaki) tengah menyeka peluhnya sembari memperbaiki papan nama sekretariat.Satu persatu terdengar deru roda besi mulai berdatangan dan parkir di depan garasi mobil. Sambil tersenyum dan tertawa renyah mereka menyapa kami. Nampak benar semangat mereka pagi menjelang siang ini. Kiranya mereka penasaran diundang secara khusus oleh sekretariat PSKPT Saumlaki. Ada apakah gerangan? Terbesit tanda tanya di benak mereka.

Ya, mereka adalah orang keren yang menjemput kehormatannya menjadi Penyuluh Perikanan Bantu (PPB) untuk mendampingi masyarakat di Kepulauan Tanimbar. Manajer Lapangan PSKPT Saumlaki, Nasruddin yang akrab dipanggil Kak Nas menyilakan mereka untuk masuk ke ruang tamu agar lebih santai dan akrab perbincangannya. Sambil menunggu kedatangan yang lain, Aku, Mele (Fasilitator Prakarsa untuk Pendampingan Pulau Terluar) dan Kak Nas ngobrol ringan terkait beberapa isu mengenai kelautan terkini. Kak Nas menyampaikan kepada para penyuluh maksud dan tujuan mengundang mereka semua kemari. Kak Nas ingin mengajak kolaborasi untuk membuahkan aksi nyata. Dimulai dari pemaparan mengenai apa itu PSKPT, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan dan mendengar sharing dari teman-teman penyuluh. Maluku Tenggara Barat merupakan salah satu kabupaten yang menjadi lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT). Bahkan di tahun 2016 ini, Ibu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan) menginginkan adanya ekspor perdana dari beberapa lokasi PSKPT. Sebagian dari penyuluh sudah pernah mendengar mengenai PSKPT, karena sebelumnya kami pernah sharing pada waktu workshop diversifikasi hasil olahan perikanan tempo hari di bilangan hotel Saumlaki.

Rumah Kolaborasi PSKPT (dok. Imam Trihatmadja)
Rumah Kolaborasi PSKPT (dok. Imam Trihatmadja)
Basilus Arbol atau akrab dipanggil Basten ini merupakan salah satu penyuluh yang ditugaskan di Pulau Larat-Kecamatan Tanimbar Utara (termasuk salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia), menyampaikan bahwa di tahun 2016 ini, target untuk pembentukan koperasi nelayan seluruh Indonesia kurang lebih 600 koperasi. Informasi itulah yang ia dapatkan ketika mengikuti kegiatan pelatihan penyuluhan di Ambon tempo lalu. Ada beberapa keluhan yang masuk mengenai status KTP nelayan. Slamet Achrodi, penyuluh perikanan bantu yang bertugas di Kec. Wertamrian dan Kormomolin ini juga mengiyakan agak kesulitan mendapatkan nelayan yang mempunyai KTP dengan status nelayan, ada yang petani malahan. Memang tidak semua menjadi nelayan sepenuhnya, tergantung musim, sehingga bisa berperan ganda antara nelayan dan petani/pekebun.

"Teman-teman nanti bisa dilihat kondisi di lapangan seperti apa, apakah pendapatan orang itu lebih banyak di laut atau di darat? Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk di laut maupun di darat? Agar data benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan", sambung Kak Nas. 

Daud yang saat ini bertugas di Kecamatan Wuarlabobar menambahkan bahwa di pesisir timur Tanimbar ini, paling banyak ditemukan nelayan sambilan/musiman, artinya mereka akan melaut ketika mulai masuk musim barat. Begitu juga dengan keberadaan perahu-perahu nelayan yang ada. 

"Untuk tahun ini, Kabupaten Maluku Tenggara Barat mendapatkan kuota kartu nelayan sebanyak 3000 buah", tambah Erlina yang saat ini bertugas di Tanimbar Selatan.

Suasana diskusi di sekretariat PSKPT Saumlaki
Suasana diskusi di sekretariat PSKPT Saumlaki
Aku sedikit menambahkan, kita nanti bisa buat bersama-sama kalender musim dari tiap kecamatan, agar bisa tahu lebih detail kegiatan masyarakat di sana. Kalender musim ini nanti juga berguna untuk analisa selanjutnya. Sebagai moderator, Basten mencatat beberap poin penting terkait hasil sharing tadi. Basten menyampaikan untuk pembentukan koperasi yang perlu diingat adalah penguatan kapasitas kelompok terlebih dahulu. Jangan dipaksakan, kita lihat perkembangan dan menjalani setiap proses yang ada. Hal ini diamini oleh penyuluh yang lain. Untuk penyuluh juga sudah ada wadah agar bisa menuliskan setiap perjalanan dan isu yang didapat dari lapangan.

Menulis bukan lagi menjadi hal berat, tetapi sudah menjadi kebutuhan kita untuk memberitahuan kepada khalayak ramai mengenai apa yang terjadi. Menulis juga sebagai jejak memori yang akan diingat selalu ketika nanti dibutuhkan. Mele, salah satu fasilitator Prakarsa yang bertugas di Pulau Selaru juga menambahkan bahwa kita harus cukup cerdik untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, salah satunya bisa bekerja sama dengan RRI Pro 1 Saumlaki. Aku dan Mele sebelumnya pernah berbincang hanya dengan Pak Jei dari RRI mengenai kesempatan kami untuk sewaktu-waktu siaran di sana. Beliau pun cukup antusias bahkan mempersilahkan kepada kami.

Kampung Nelayan di Tanimbar Selatan
Kampung Nelayan di Tanimbar Selatan
Gayung pun bersambut, kami juga mengajak teman-teman penyuluh untuk berkolaborasi menceritakan kekerenan masyarakat di Tanimbar. Tak terasa matahari sudah sepenggalah tingginya. Dan yang kebih konyol lagi kita lupa memperkenalkan diri lebih dalam di awal tadi. Tapi tak apalah, kami cukup bisa seketika cair layaknya sobat lama. Akhirnya aku, Mele dan Kak Nas bisa mengenal Obeth, Basilus, Felix, Erlina, Slamet, Apolos dan Daud lebih jauh. Di akhir sesi perkenalan disertai guyonan ringan, Basilus membacakan beberapa kesimpulan termasuk pertemuan rutin yang akan diadakan tiap awal bulan. 

Sekretariat PSKPT akan selalu menjadi rumah dan saksi kolaborasi positif. Sungguh bahagia di tanah rantau ini, aku bertemu dengan orang orang keren yang idealis membangun negeri. Kami dipertemukan dalam lingkaran positif yang akan terus menularkan virus positif ini ke orang lain. Semoga niat baik akan diwujudkan dalam kolaborasi aksi positif ini selalu mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami siap mendampingi tangan-tangan optimis masyarakat Tanimbar. Inilah potret optimisme dari teman-teman penyuluh perikanan di pulau terluar negeri ini dalam mewujudkan membangun Indonesia dari pinggiran.

Catatan:

  1. PSKPT: Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
  2. PPB: Penyuluh Perikanan Bantu
  3. Duan Lolat:  Hukum adat/kearifan lokal/sistim kehidupan dalam masyarakat Tanimbar
  4. Prakarsa: Program Pendampingan Efektivitas Sarana dan Prasarana Pulau-Pulau Kecil Berbasis Masyarakat atas kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan DFW Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun