Perbedaan ini berdampak nyata pada pemilu dan lamanya penghitungan suara yang merupakan dampak langsung karena jumlah pemilih melalui pos ternyata lebih besar karena virus corona.
Di negara bagian utama Pennsylvania, undang-undang negara bagian itu mewajibkan pemilihan suara lewat pos dihitung setelah pemilihan yang dilaksanakan secara langsung selesai dihitung.
Akibatnya, Trump terpaksa menyaksikan Biden perlahan tapi pasti menyusul di depannya.
Biden mendesak para pemilih untuk tetap tenang dan menggarisbawahi perlunya menghitung suara berdasarkan demokrasi.
Trump, di sisi lain, menuntut penghitungan suara dihentikan sambil berkali-kali mengatakan telah terjadi kecurangan tanpa mampu memberikan bukti-bukti.
Virus korona juga terus berdampak, bahkan kepala staf Trump Mark Meadows tertular COVID-19 akhir pekan ini.
Sepanjang pemilihan umum - dan bahkan sejak pemilihan kandidat untuk Demokrat - Trump mencoba menenggelamkan peluang Biden dengan berbagai macam strategi termasuk melabeli Biden "Sleepy Joe" dan "Hidin' Biden" sambil menuduhnya tidak memiliki "Full-Deck"
Presiden mengejek Biden karena tuduhan pelecehan seksual, bahkan tuduhannya melebihi dari ketika selusin wanita menuduh Trump melakukan pelecehan seksual.
Trump dan sekutunya menghabiskan waktu berbulan-bulan mencoba untuk mengalihkan perhatian pada 'pekerjaan Biden' di Ukraina sambil menyerang putranya Hunter Biden.
Serangan tersebut tidak pernah terjadi karena tidak ada bukti bahwa mantan wakil presiden telah melakukan kesalahan, dan itu tidak membuat Biden keluar dari rencana politiknya.
Dia tidak terganggu oleh permainan politik Trump, Biden tetap optimis dan bersatu, sama sekali bukan hal mudah untuk dilakukan dalam menghadapi Trump.
