Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah di Balik "Dog Tag" Militer Amerika

3 Oktober 2020   21:46 Diperbarui: 3 Oktober 2020   21:50 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu lalu saat sedang membantu berberes-beres rumah mertua, aku menemukan sebuah kalung  "name tag" milik almarhum mertuaku. Ada sesuatu yang menurutku terlihat tidak biasa, di mana  pada sisi bawah "name tag" tersebut terlihat sompek.

Tadinya aku berpikir sompek terjadi karena "name tag" telah termakan oleh usia, tapi setelah aku perhatikan dengan seksama kok kelihatannyq seperti sengaja dibuat sedemikian rupa..

Seorang teman yang kebetulan sedang berkunjung mengatakan bahwa  sompek yang ada pada tag mempunyai fungsi tersendiri yaitu untuk mengganjal gigi tentara yang sudah mati, agar mulutnya tetap terus menganga guna menghindari pembengkakan tubuh hingga jenazah dengan mudah dapat terindentifikasi.

Semula aku yakin dan percaya saja dengan apa yang dikatakannya, karena cerita yang sama juga aku dapatkan dari tetangga sebelah rumah.

Namun keyakinanku berubah setelah kemarin seorang kerabat datang berkunjung. Saat kutanyakan hal tersebut, dia cuma tertawa dan mengatakan bahwa semua itu adalah sebuah isapan jempol belaka.

Sompek itu sebenarnya ada karena alat atau mesin stamping mengharuskan menahan tag di tempatnya selama pengembosan.

Dia kemudian bercerita bahwa Selama Perang Saudara di Amerika, begitu banyak bahkan tidak terhitung jumlah tentara yang mati dan sulit diidentifikasi.

Masalah ini semakin rumit dengan tidak adanya pencatatan yang  memadai dari personel yang selain melakukan pencatatan juga ditugaskan untuk bertempur baik itu sebagai anggota tetap maupun sukarelawan.

Hingga tidaklah heran jika seringkali catatan yang berkaitan dengan para korban itu hilang. Maklum di jaman itu memang belum ada sistem komputer.

Upaya pertama untuk memberikan identifikasi atau tanda pengenal disebut "name disk" atau "military pin" dengan berbagai desain dan tidak ada keseragaman khusus yang berkaitan dengan informasi pada identifikasi tersebut.

Terlepas dari upaya terbaik militer untuk menandai diri para anggotanya, sejarawan memperkirakan 50 persen dari tentara yang terbunuh dalam Perang Sipil tidak ditemukan atau hanya ditandai 'tidak diketahui'.

Rakyatpun banyak yang mengeluh dan memperdebatkan masalah ini kepada pemerintah untuk mencari solusi dan memastikan para tentara Amerika dihargai dengan benar, jenazah korban yang mati harus terindentifikasi, dibawa kembali ke rumah, dan diberi penguburan yang layak.

Sekitar tahun 1906, pemerintah Amerika Serikat memutuskan membuat kalung cakram aluminium untuk dipakai sebagai tanda pengenal, dan pada tahun 1913 cakram pengenal digunakan oleh semua anggota dinas militer.

Cakram aluminium seukuran kepingan setengah dolar itu dicetak dengan nama, pangkat, kompi, resimen atau korps, dikenakan  oleh perwira dan anggota tamtama di lapangan dan digantungkam di leher

Dengan masuknya AS ke dalam Perang Dunia I, produksi dan penerbitan tanda pengenalpun dipercepat untuk memastikan semua anggota militer, yang terbunuh atau terluka, secara akurat dapat diidentifikasi dan dipertanggungjawabkan di medan pertempuran.

Selama Perang Dunia I, anggota dinas militer mulai memakai dua tanda pengenal saat mereka bertempur dan mati, satu tetap ditempelkan pada tubuh almarhum sementara yang kedua digunakan untuk menandai peti mati atau situs kuburannya

Dalam Perang Dunia II, barulah anggota dinas militer diberi tanda pengenal berbentuk persegi panjang, dengan sompek di tepi bawahnya.

Saat itu tanda pengenal ini diberi julukan "dog tag", kemungkinan julukan itu diadopsi dari Thomas Jefferson. Dia menulis undang-undang lisensi anjing pertama di negara bagian Virginia, yang mewajibkan pemilik anjing untuk mengidentifikasi anjing mereka.

Tujuan undang-undang tersebut adalah untuk mengidentifikasi anjing tertentu yang bertanggung jawab atas kematian domba milik petani dan meminta pertanggungjawaban pemilik anjing atas tindakan anjing mereka.

Dengan demikian, asal mula "dog tag" sudah ada sejak berdirinya Amerika dan telah menjadi bagian penting dari budaya militer sejak Perang Saudara di Amerika.

Pada awalnya kedua "dog tag" yang berupa kalung itu diletakkan pada posisi yang sama, hingga para anggota dinas militer selama Perang Dunia II mulai menggunakan selotip atau silikon hitam diantara kedua "dog tag"  untuk menghindari dentingan suara saat tag bersentuhan ketika mereka sedang bergerak.

Hal tersebut sangat membahayakan bila suara dentingan terdengar oleh musuh. Karena alasan itulah pada tahun 1950-an, desainnya dirubah. Tag pertama ditempatkan pada rantai yang agak panjang, sedangkan yang kedua digantung pada rantai yang lebih pendek.

Tag pada rantai yang lebih pendek diletakkan di jari kaki jenazah, itulah sebabnya tag berantai pendek diberi julukan "toe tag" sedangkan yang berantai lebih panjang tetap dibiarkan mengalungi leher jenazah atau dikumpulkan oleh anggota militer lainnya yang selamat, sebagai laporam dikemudian hari.  

Dokpri
Dokpri
Kemudian, selama Perang Vietnam, anggota militer mulai memasang 'toe tag' khusus di sepatu boot, dengan mengikatkannya pada tali sepatu mereka.  

Tujuannya jika tubuh mereka dipotong-potong sedemikian rupa sehingga tidak dapat diidentifikasi, maka "dog tag" di sepatu boot dapat membantu mengenali sisa jenazah untuk dipulangkan kepada keluarga korban.  

Saat ini, penerbitan "dog tag" militer tetap menjadi komponen penting dari budaya militer, namun ketergantungan pada "dog tag" seiring kemajuan teknologi tidak lebih dari sekedar simbolis saja.

Meski "dog tag" masih dicap dengan informasi penting (nama, nomor seri / jaminan sosial, golongan darah dan preferensi agama), tetapi militer sendiri sebetulnya menggunakan catatan medis / gigi dan pengambilan sampel DNA untuk secara positif mengidentifikasi anggota dinas militer yang mati.

Sebagai catatan, tag identifikasi pertama kali terbuat dari kuningan dan kemudian paduan nikel dan tembaga yang tahan korosi.

Saat ini, "dog tag" militer terbuat dari baja tahan karat. Seiring kemajuan teknologi, tag akan dibuat mengandung microchip atau  teknology USB yang menyimpan data-data gigi dan kesehatan.

Widz Stoops - PC, USA -10/03/2020

Note: Tulisan ini juga tayang di blog Secangkir Kopi Bersama

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun