Rakyatpun banyak yang mengeluh dan memperdebatkan masalah ini kepada pemerintah untuk mencari solusi dan memastikan para tentara Amerika dihargai dengan benar, jenazah korban yang mati harus terindentifikasi, dibawa kembali ke rumah, dan diberi penguburan yang layak.
Sekitar tahun 1906, pemerintah Amerika Serikat memutuskan membuat kalung cakram aluminium untuk dipakai sebagai tanda pengenal, dan pada tahun 1913 cakram pengenal digunakan oleh semua anggota dinas militer.
Cakram aluminium seukuran kepingan setengah dolar itu dicetak dengan nama, pangkat, kompi, resimen atau korps, dikenakan oleh perwira dan anggota tamtama di lapangan dan digantungkam di leher
Dengan masuknya AS ke dalam Perang Dunia I, produksi dan penerbitan tanda pengenalpun dipercepat untuk memastikan semua anggota militer, yang terbunuh atau terluka, secara akurat dapat diidentifikasi dan dipertanggungjawabkan di medan pertempuran.
Selama Perang Dunia I, anggota dinas militer mulai memakai dua tanda pengenal saat mereka bertempur dan mati, satu tetap ditempelkan pada tubuh almarhum sementara yang kedua digunakan untuk menandai peti mati atau situs kuburannya
Dalam Perang Dunia II, barulah anggota dinas militer diberi tanda pengenal berbentuk persegi panjang, dengan sompek di tepi bawahnya.
Saat itu tanda pengenal ini diberi julukan "dog tag", kemungkinan julukan itu diadopsi dari Thomas Jefferson. Dia menulis undang-undang lisensi anjing pertama di negara bagian Virginia, yang mewajibkan pemilik anjing untuk mengidentifikasi anjing mereka.
Tujuan undang-undang tersebut adalah untuk mengidentifikasi anjing tertentu yang bertanggung jawab atas kematian domba milik petani dan meminta pertanggungjawaban pemilik anjing atas tindakan anjing mereka.
Dengan demikian, asal mula "dog tag" sudah ada sejak berdirinya Amerika dan telah menjadi bagian penting dari budaya militer sejak Perang Saudara di Amerika.
Pada awalnya kedua "dog tag" yang berupa kalung itu diletakkan pada posisi yang sama, hingga para anggota dinas militer selama Perang Dunia II mulai menggunakan selotip atau silikon hitam diantara kedua "dog tag" untuk menghindari dentingan suara saat tag bersentuhan ketika mereka sedang bergerak.
Hal tersebut sangat membahayakan bila suara dentingan terdengar oleh musuh. Karena alasan itulah pada tahun 1950-an, desainnya dirubah. Tag pertama ditempatkan pada rantai yang agak panjang, sedangkan yang kedua digantung pada rantai yang lebih pendek.