Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Sugar Man" Tidak Pernah Tahu Dirinya adalah Rock Ikon

6 Desember 2018   04:33 Diperbarui: 6 Desember 2018   16:48 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: elpais.com

Kalian pernah dengar tentang Sugar Man alias Rodriguez? Belum pernah? Kalau belum, tidak usah galau karena itu bukan berarti kalian kuper didunia musik, toh Rodrquez pada mulanya juga tidak terkenal di negaranya sendiri, Amerika Serikat.

Terlahir pada tanggal  10 July 1942, Rodriguez yang punya nama asli Sixto Diaz Rodriguez, lahir di daerah kumuh di Detroit merupakan anak keenam dari keluarga Imigran Meksiko yang miskin.

Bekerja di pabrik mobil, Rodriguez punya hobby bernyanyi dan bermain gitar, menghabiskan waktunya mencari uang tambahan dimalam hari dengan bernyanyi di lokal pub/bar. 

Di usia 25 tahun Rodriguez mencoba merelease singlenya I'll Slip Away lewat perusahaan label kecil, setelah itu vakum  selama tiga tahun. Hingga kemudian  ditemukan oleh Dennis Coffey yang tertarik bahkan menyamakan lagu-lagunya dengan Bob Dylan saat itu. Rodriguez lalu   menanda tangani  kontrak dengan Sussex label, Dennis pun menjadi produsernya untuk membuat rekaman album 'Cold Facts' tahun 1970.

Terlepas dari tanggapan kritik yang cukup baik, albumnya tidak laku terjual. Kemudian Steve Rowland menjadi produser untuk album keduanya ' Coming To Reality' tahun 1971 , tapi hanya terjual beberapa copy saja. Setelah Rodriquez di drop, Sussex akhirnya tutup ditahun 1975, bertepatan dengan pembuatan album ketiganya yang tidak pernah di keluarkan.

Tahun 1976 Rodriquez memutuskan berhenti berkarir didunia musik, bekerja sebagai kuli bangunan dengan upah sangat kecil dan membeli rumah dari lelang pemerintah seharga $50 (mungkin sekarang setara dengan $250).

Sementara itu beberapa copy album 'Cold Fact' sampai ke radio Australia 2SM di Sydney dan radio DJ Holger Brockman mulai memperdengarkan lagunya yang berjudul Sugar Man. Album Rodriquez pun laku keras disana, penjualannya setara dengan Bruce Springsteen dan Billy Joel pada saat itu. Sayangnye Rodriguez sendiri tidak tahu hal ini terjadi dan tidak pernah mendapatkan uang sepeserpun.

Sekitar tahun 1979 karena begitu banyak penggemarnya, promotor konser di Australia  Michael Coppel memutuskan  mecari Rodriguez dan menemukannya di Detroit untuk diundang ke 15 tour musik di Australia. Hari pertama konser di Sydney meraup 15 ribu penonton setara dengan jumlah penonton pada saat konser Rod Stewart seminggu sebelumnya. Rodriguez yang hanya terbiasa bernyanyi di bar/pub kecil sungguh tidak percaya dan malu-malu saat berada dipanggung.

Uang yang diraih dari tour di Australia digunakan memperbaiki rumahnya dan untuk membayar biaya kuliah. Hingga di tahun 1981 Rodriguez lulus serta mendapat gelar Bachelor of Philosophy dari Wayne State University's Monteith College.

Pada tahun yang sama Rodriguez kembali diundang untuk Tour kedua, saat itu juga  album tour nya pun di keluarkan. Rodriguez mengira itulah puncak karir musiknya. Walaupun setelah itu dia tidak pernah mendengar apa-apa lagi. Tidak ada undangan. Tidak ada telepon. Tanpa diketahui lagu-lagunya tetap berkumandang di Australia dan negara lain seperti New Zealand, Bostwana, Zimbabwe. Seperti sebelumnya Rodriguez tidak tahu hal ini terjadi dan tidak mendapatkan uang sepeserpun.

Tahun 1991, kedua albumnya di release di Afrika Selatan untuk pertama kali,  lirik lagu Rodriguez sangat mengena di hati rakyat Afrika Selatan yang sudah sangat jenuh dengan system pemerintahan mereka .

The mayor hides the crime rate, councilwoman hesitates
Public gets irate, but forgets the vote date
This system's gonna fall soon, to an angry young tune
And that's a concrete cold fact.

Album Cold Fact laku keras di pasaran, ketenaran Rodriguez di Afrika Selatan melebihi Elvis maupun Beatles. Hampir setiap orang pada waktu itu mempunyai albumnya. Walaupun demikian penggemar Rodriguez tidak tahu sedikitpun tentangnya. Yang mereka tahu adalah Rodriguez telah mati bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri di atas panggung didepan para penonton. Dari mana sumber berita hoax itu berasal? Tak seorangpun mengetahuinya.

Sekali lagi Rodriguez tidak tidak tahu hal ini terjadi dan seperti yang sudah-sudah tidak pernah mendapatkan uang sepeserpun dari penjualan albumnya.

Steven Segerman pemilik studio rekaman di Cape Town yang juga fans Rodriguez, merasa perlu bukti tentang berita kematian Rodriquez, kemudian menggalang fans Rodriguez dan mulai melakukan investigasi dengan membuat website didedikasikan untuk mencari kebenaran tentang apa yang terjadi terhadap Rodriguez. 

Suatu hari anak perempuan Rodriguez yang paling tua tidak sengaja menemukan website itu dan sangat terkejut mengetahui ayahnya yang digossipkan mati langsung menghubungi website tersebut.

Steven Segerman mewakili fansnya dari South Afrika berangkat ke Detroit untuk melihat sendiri kalau ternyata Rodriquez masih hidup. Tetangganya mengenal Rodriguez sebagai orang berkarakter aneh yang suka berjalan keliling kota dengan gitarnya. Bahkan ada beberapa orang disekitar tempat Rodriguez tinggal, menyangkanya sebagai tunawisma yang baik hati.

Tahun 1998 fans di Afrika Selatan  mengundangnya untuk tour disana. Rodriguez datang bersama tiga orang anaknya dan hampir saja menolak ketika  dijemput di Airport dengan limosine. Karena Rodriguez berpikir itu disediakan untuk selebriti lain dan tidak menyangka kalau limosine itu didatangkan khusus untuknya. 

Rodriguez tidak berharap banyak akan undangan tour  tersebut dan memperkirakan sekitar 30-50 orang yang bakal hadir. Tapi pada saat keluar menuju panggung barulah Rodriguez menyadari kalau ada sekitar 5000 pengunjung datang malam itu. Penggemarnya tidak membiarkan Rodriguez langsung bernyanyi, tapi memberikannya standing ovation selama 10 menit.

Beattles dan Rolling Stones pernah juga mendapat sambutan gila seperti ini, tapi bagi mereka Rodriguez adalah 'soundtrack' dari sejarah kehidupan rakyat Afrika Selatan dan Rodriguez yang disangka telah mati ternyata masih hidup, ini seolah seperti Lazarus yang bangkit dari kematiannya. Konsernya malam itu bukan hanya sukses tapi seperti suatu keajaiban.

Sumber: amazon.com
Sumber: amazon.com
Mungkin benar kalau dikatakan suatu keajaiban karena pada saat yang  bersamaan pembuat film dari Swedia Malik Bendjelloul juga kebetulan berada di Afrika Selatan sedang mencari suatu ide cerita untuk dibuat film dokumenter dengan biaya murah dan langsung tertarik akan  jalan kehidupan Rodriguez. Malik pun langsung meminta Rodriguez untuk menjadi bintang di film tentang kehidupannya sendiri, tapi Rodriguez menolaknya.

Setelah sukses konsernya yang tak terduga di Afrika Selatan, Rodriguez kembali ke tempat asalnya yang kumuh di Detroit, tidak ada tepukan, tidak ada teriakan orang-orang yang mengelu-elukan namanya.

Seperti tidak pernah terjadi apa-apa, kesuksesan di Afrika Selatan bagaikan mimpi. Kembali menjalani kehidupannya sebagai kuli bangunan dan sekali-sekali bernyanyi di bar/pub kecil di daerahnya. Rodriguez seperti mencintai kemiskinannya, karena baginya miskin bukan berarti kotor, miskin bukan berarti bodoh, miskin bukan berarti jahat. Miskin berarti harus bekerja lebih keras dan tidak ada yang salah dengan itu.

Malik Bendjelloul yang memang terlanjur jatuh cinta akan cerita kehidupan Rodrriguez tidak bisa begitu saja melupakannya. Disusulnya Rodriguez ke Detroit untuk diminta membintangi film kehidupannya sendiri. Lagi-lagi Rodriguez menolak. Tapi Malik pantang mundur, setelah tiga kali bolak-balik ke Detroit, akhirnya Rodriguezpun menyetujuinya. Mungkin karena kasihan melihat jerih payah Malik yang gigih. 

Mulailah pembuatan film 'Searching For Sugarman' sekitar tahun 2008. Sesuai dengan kehidupan bintangnya sendiri yang amat sangat sederhana bahkan boleh dibilang miskin, film ini juga dibuat dengan amat sederhana pula. Menggunakan iPhone 4 yang baru dibelinya di tahun 2010, Malik membeli Super 8 app, seharga $1 untuk mengedit, membuat soundtrack serta animasi film tersebut.

Tapi setelah 4 tahun Malik menyerah dan tidak dapat menyelesaikan filmnya. Malik sadar tidak bisa hidup hanya dengan mengedit film. Dia butuh pekerjaan lain untuk dapat menghidupi dirinya sendiri. Ya, Malik membuat film tentang Rodriguez yang miskin yang  membuatnya menjadi miskin pula. Ironis.

Malik akhirnya menemukan produser lain dan menyerahkan film 'Searching For Sugarman' yang hanya  90% rampung dikerjakannya. Produser tersebut kemudian mengirimkannya ke Sundance film festival di Utah dan ternyata tidak hanya diterima tetapi film itu diputar pada acara pembukaan festival tersebut. Sejak itu film dokumenternya menjadi fenomena dan banyak diputar di bioskop-bioskop. Sekali lagi Rodriguez seolah kembali bangkit dari kematiannya.

Festival Film ini membawa rezeki bagi sang 'Sugarman' namanya mulai dikenal di Amerika Serikat, memakan waktu 40 tahun untuk terkenal di negaranya sendiri. Rodriguez mulai sering diundang di acara-acara TV talkshow, panggilan tour keliling tidak hanya di negaranya tapi juga di luar negeri. 

Keajaiban tidak berhenti disini, setelah Sundance Film Festival , di tahun berikutnya 2013, 'Searching For Sugarman' memenangkan piala Oscar kategori film dokumenter. Rodriguez menolak untuk datang pada acara Oscar meskipun diundang karena menurutnya walaupun itu adalah film tentangnya dan dibintangi oleh dirinya sendiri ia merasa tidak berhak atas piala itu, tapi produser dan pembuat film lah yang berhak mendapatkan semua gelar dan pujian. Rodriguez lebih memilih tidur saat acara Oscar ditayangkan. Ya, memilih tidur karena memang tidak ada TV dirumahnya.

Sementara Rodriquez cukup merasa senang dengan gelar honorary Doctor of Humane Letters yang diberikan kepadanya ditahun yang sama oleh almamaternya Wayne State University, Detroit.

Orang mungkin mengira dengan rezeki yang didapatkannya Rodriguez akan pindah ke daerah elite dengan rumah mewah dan mobil ferrari. Rodriguez justru lebih memilih tetap tinggal dirumah tua yang dibelinya secara lelang lebih dari 30 tahun yang lalu, tanpa TV dan telephone, bahkan memiliki handphone  pun juga karena anak perempuannya memaksa dan membelikannya agar mudah dihubungi untuk sesuatu yang penting.

Sedangkan seluruh rezekinya sebagian akan diberikan untuk anak-anak perempuannya, sebagian disisihkan untuk menolong teman-teman lama yang pernah menolongnya pada saat susah, dan sisanya akan di sumbangkan kepada Comunity tempat tinggalnya. Sementara dirinya sendiri hanya butuh kacamata untuk penglihatannya yang mulai buruk karena penyakit gula yang dideritanya.

Sisi paling sedih dari semua cerita nyata ini malah ada pada Malik Bendjelloul, sang pembuat film dokumenter tentang Rodriguez yang pernah dikira bunuh diri oleh penggemarnya. Justru Malik lah yang akhirnya bunuh diri karena depresi pada tahun 2014 setahun setelah menerima piala Oscar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun