Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Cinta Kamu, Meski Bau

31 Mei 2011   03:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ponsel gadis itu bergetar, ia buru-buru mengangkatnya.

“Yah, halo…” dengan suara lirih,agak serak ia menyapa.

“Halo Nina, kamu baru bangun ya? Ah, payah, jam segini orang udah pada jalan, kamu masih enak-enak molor…”

“Hmmm…”

“Enggak Nin, aku cuma bingung dengan Nima, sebenarnya dia tahu nggak sih kalau aku tuh benar-benar suka sama dia. Kenapa juga dia bisa demikian cuek sama aku, padahal tiap aku ketemu dia rasanya nafasku sesak mendadak. Kayak kemarin tuh, setengah mati akhirnya aku bisa ngajak makan berdua di kantin, walaupun makannya banyak banget, meskipun dia doyan makan pete sampai-sampai kalau ngomong itu baunya bisa bikin orang pingsan… aduh Nin, aku udah terlanjur cinta sama dia. Tapi kenapa dia masih cerita tentang mantannya yang pemain bola Liga Indonesia itu. Ah, makin bau saja mulutnya pas dia ngomongin si pemain bola itu.”

“Hmmm…”

“Nin, aku makin bingung nih, jangan-jangan Nima masih berharap sama mantannya itu. Meski kemarin ia hanya cerita kalau ia prihatin dengan nasib atlet sepakbola gara-gara ribut PSSI, tapi aku enggak suka Nima cerita itu terus. Atau mungkin gara-gara bau petenya itu kali ya, bikin pusing aku… tapi ah… senyumnya itu yang bikin aku gila kayak gini, nggak ada gadis lain yang bisa bikin aku begini Nin, biar bau pete, aku sayang dia banget, dia beda, dia pintar… ah, gimana nih, tolongin aku donk Nin…”

- Hening –

“Nin, nin… kamu tidur lagi…??? Halo…!”

“Halo Mariooo… ini bukan Nina, kamu salah sambung, ini si gadis bau pete yang kamu taksir…”

Jegerrr… seolah kilat menyambar di atas kepala Mario. Rupanya ia salah pencet nomor, ia menelpon ke Nima, bukannya Nina, kakaknya Nima, sekaligus teman curhat Mario.

“Ja..jadii….?” Mario terbata.

“Jadii… aku nunggu kamu ngajak ke kantin lagi, pete gorengnya enak sih…”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun