Momen mudik lebaran selalu menjadi kenangan manis tiap tahunnya. Demikian pula dengan lebaran tahun ini, seolah baru kemarin momen itu usai.
Namun, ada drama yang sempat membuat saya dan keluarga cemas. Dua hari menjelang keberangkatan dengan kereta api menuju Semarang, si kecil tiba-tiba merasa kurang sehat.
Badannya lemas dan hanya mau berbaring saja di sofa. Ia pun gagal menuntaskan seluruh puasanya hari itu.
Meski tak berpuasa, ia enggan makan apapun. Setiap asupan makanan yang masuk ke dalam mulutnya membuatnya mual bahkan sempat muntah.
Memang bukan sekali ini saja si kecil terlihat sakit dengan gejala serupa. Pernah ia opname beberapa hari gara-gara tak mau makan apapun dan mengeluh sakit perut.
"Yuk makan Dek, kalau kamu nggak mau makan apapun Ayah terpaksa bawa ke rumah sakit," ucap saya.
"Nggak mau! Nggak mau diperiksa!" ujarnya.
Ya, siapa juga yang mau ke dokter atau ke rumah sakit? Tapi saat itu saya mulai khawatir apakah kami jadi mudik jika si kecil masih sakit?
Ia hanya mengangguk pelan ketika saya bertanya apakah masih pengen mudik. Padahal dialah faktor utama kami memilih moda kereta api untuk mudik.
"Paling enak pokoknya naik kereta api, lega, bisa lihat pemandangan," ujarnya suatu ketika.