Bagi kalangan komuter atau penglaju yang tiap hari menggunakan transportasi umum seperti KRL Commuter Line, puasa Ramadhan menjadi tantangan tersendiri agar bisa tetap menjalaninya dengan fit dan sehat.Â
Terlebih bukan menjadi pemandangan yang aneh lagi jika menemui seorang penumpang yang pingsan di stasiun atau di dalam kereta. Bahkan pagi ini pun saat transit di Stasiun Manggarai, saya melihat sekelompok petugas yang tengah menyiapkan tandu untuk membawa seorang penumpang yang pingsan.Â
Penglaju di daerah Jabodetabek, mayoritas adalah pekerja yang berangkat pagi pulang malam. Jika menggunakan transportasi umum, rata-rata setiap orang butuh waktu 1 - 3 jam untuk sekali perjalanan pergi atau pulang.Â
Itupun tak hanya satu jenis moda yang digunakan, tetapi harus berganti-ganti atau nyambung. Seperti saya misalnya, berangkat naik sepeda motor ke stasiun, lanjut naik KRL, turun di Stasiun Manggarai masih harus transit berganti KRL, kemudian turun lagi di Stasiun Sudirman dan terakhir berganti naik MRT Jakarta menuju tempat kerja.Â
Orang lain pun punya kombinasi moda tersendiri karena belum tentu lokasi stasiun dekat dengan rumah atau tempat kerjanya.Â
Nah, di saat menjalankan puasa, stamina dan energi para penglaju memang harus tetap terjaga. Bayangkan saja di dalam KRL pastinya tetap dipadati orang, serta jika harus mengakses stasiun-stasiun besar seperti Tanah Abang dan Manggarai tentunya tenaga tetap harus tersedia untuk naik turun tangga sambil berdesakan.Â
Untuk itulah bagi para penglaju pengguna KRL, butuh persiapan ekstra agar tidak loyo atau malah jatuh sakit ketika puasa.Â
Minum yang cukup, kurangi ngopi, cobalah susu
Menurut ahli kesehatan, setiap hari tubuh manusia butuh minimal 8 gelas air atau setara 2 liter air minum. Maka cobalah penuhi kebutuhan ini dengan perbanyak minum air putih meskipun hanya bisa dikonsumsi saat buka dan sahur.Â
Minuman manis dan kopi sebisa mungkin dihindari, utamanya saat sahur karena berdasarkan pengalaman, ngopi dan minuman manis saat sahur cenderung bikin cepat merasa haus dan dehidrasi. Idealnya jika mau ngopi, sekitar 1 jam setelah berbuka.Â
Saya justru memilih susu UHT segelas tiap hari agar asupan protein terjaga dan juga menambah energi karena memang sangat butuh untuk mendukung aktivitas berat saat naik KRL plus bekerja mencari nafkah.
Jangan makan besar terlalu malam
Idealnya makanan yang sehat tentu yang memenuhi kaidah gizi dan protein yang seimbang. Daging, ikan, telur, sayur hingga buah.Â
Namun harus diakui bahwa semua kembali ke kondisi "kesehatan dompet". Terutama jika kita bicara kalangan penglaju yang rata-rata berada di kelas menengah ke bawah. Ada makanan saja sudah bersyukur, yang penting kenyang dan nikmat di lidah.Â
So, tak perlulah ditulis harus makan ini atau itu, tapi sebaiknya memang kurangi makanan yang berminyak demi menjaga kesehatan. Terlebih harga minyak goreng masih terbilang mahal.Â
Sebaiknya juga hindari makan besar terlalu malam karena bisa mengganggu proses pencernaan dan gangguan metabolisme lemak dalam tubuh. Saya sendiri saat berbuka, akan mulai makan besar dengan nasi dan kawan-kawannya maksimal jam 7 malam sebelum tarawih atau paling lambat setengah 8 malam.Â
Tidur jangan terlalu malam, bangun jangan terlalu pagi
Tidur menjadi salah satu kunci kekuatan stamina para penglaju. Sebisa mungkin jangan mulai tidur lebih dari jam 10 malam.Â
Juga jangan bangun kepagian. Saya sekeluarga saat Ramadhan begini paling pagi bangun jam 3.45. Kalaupun telat ya kisaran jam 4 lah masih aman, sekaligus mengamalkan anjuran mengakhirkan makan sahur.
Soal persiapan makan sahur tidak perlu risau karena sudah siap sejak buka. Kalau bukan sisa menu buka, ya tinggal bikin telur sudah cukuplah.Â
Lipat gandakan kesabaran
Kesenggol dikit emosi, terinjak tak sengaja pun melotot. Itulah situasi di dalam KRL yang selalu padat manusia. Tetapi saat berpuasa, sebaiknya kontrol emosi dan kesabaran perlu dilipatgandakan.
Selain memang untuk keutamaan ibadah puasa, hal ini juga membuat stamina kita tidak terbuang percuma. Ujung-ujungnya bakal lemes juga andai emosi kita tersulut.