Namun, kenyataan berkata lain. Limpahan penumpang dari Stasiun MRT Dukuh Atas, atau para penumpang yang lepas jam kerja di perkantoran sekitar Dukuh Atas, lebih memilih berjalan kaki menuju Stasiun Sudirman.
Selain sudah terbiasa, jarak tempuh ke Stasiun Sudirman memang lebih ramah di kaki.
"Oalah Mas, aku ngos-ngosan pernah nyoba jalan ke BNI City dari MRT, mending ke Sudirman lah," ujar seorang rekan anker (anak kereta).
Selain dirasa lebih jauh melangkahkan kaki ke Stasiun BNI City, pemandangan kanan-kiri di sepanjang jalan juga kurang "instagramable" dan tidak ada satupun pedagang kaki lima, resto atau apapun yang setidaknya menarik untuk cuci mata dan mampir sejenak.
Mungkin faktor itu juga turut menjadi alasan kenapa orang-orang malas jalan kaki ke Stasiun BNI City dan lebih memilih berdesakan ria di Stasiun Sudirman.
Wajarlah, akses menuju Stasiun Sudirman terdapat Terowongan Kendal yang instagramable dan juga kesempatan untuk mampir ngopi lah, beli cilok lah, dimsum dan sebagainya. Mau ke minimarket juga tinggal nyeberang jalan dikit atau mampir di toko yang ada di dalam area Stasiun Sudirman. Pokoknya jajananable banget.
Saat ini Stasiun BNI City hanya menang di fasilitas megah bangunan stasiun. Begitu naik ke area lobby, kesan kinclong bak mal dengan AC yang sejuk dapat kita nikmati.
Demikian pula fasilitas lift dan eskalator yang berfungsi dengan baik. Berbeda dengan fasilitas di stasiun lain yang, ehem... kadang ada bunyi kretek-kretek gitu deh, atau malah kerap mati.
Posisi toilet untuk penumpang yang berada di tengah peron dan dekat dengan lift, juga menjadi nilai plus Stasiun BNI City. Orang kebelet ke toilet tidak akan berlari hingga ke paling ujung peron yang jauhnya sangat "ya ampun" seperti halnya di Stasiun Sudirman.