Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengenal dan Meneladani 4 Sifat Wajib Rasulullah

13 April 2022   02:15 Diperbarui: 13 April 2022   02:16 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Pexels.com/PNW Production

Ramadan tahun ini terasa spesial dan penuh kejutan. Spesial karena seolah sudah di ambang "kemerdekaan" dari pandemi. Penuh kejutan karena beberapa hari terakhir ini dibumbui dengan ragam berita politik yang kian memanas.

Padahal, rumus Ramadan yang kita kenal dari dulu seharusnya bisa mendorong manusia untuk lebih fokus beribadah, ingat umur, lebih bijak dan mampu menahan diri dari dorongan nafsu duniawi. Ramadan adalah waktu di mana orang-orang saling berbagi dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Lha, ini kok kita disuguhi adegan pengeroyokan, tawuran, klitih, hingga komentar-komentar pedas nan negatif yang tetap berseliweran di media sosial. Bulan puasa kok rasa-rasanya hanya sebagai ajang menahan lapar sembari menunggu takjil semata.

Kata guru saya dulu, Ramadan adalah sebaik-baiknya waktu untuk meneladani sifat Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Bagi seorang muslim, Rasulullah tentu saja panutan dan teladan yang baik.

Beliau memiliki sifat wajib yang patut diteladani oleh umat muslim. Sifat tersebut yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah.

Ilustrasi: Canva.com by widikurniawan
Ilustrasi: Canva.com by widikurniawan

Sidiq

Sidiq berarti jujur alias berkata dan berbuat dengan sesungguhnya. Jujur dalam lisan, jujur pula dalam tingkah laku.

Dewasa ini kejujuran seolah menjadi barang mahal, terutama di kala berita hoax bertebaran menyaru seolah-olah menjadi yang paling benar. Semua orang bisa mengaku dirinya paling jujur, tapi jujur tidak semata karena pengakuan.

Jangan mengaku mengambil dua biji gorengan, padahal sebenarnya telah mengamankan empat biji gorengan plus segenggam cabe rawit. Itu namanya korupsi, walau levelnya masih gorengan. Bayangkan, bisa berabe andai orang semacam ini punya kekuasaan dan sifatnya terlanjur jauh dari makna sidiq.

Amanah

Amanah berarti bisa dipercaya. Amanah adalah kepercayaan yang diberikan seseorang untuk dijalankan atau dipelihara sebaik-baiknya. Seseorang yang diberikan amanah tidak boleh menyia-nyiakan amanah tersebut, baik sengaja maupun tidak.

Contoh paling populer misalnya sebuah jabatan, terutama dalam pemerintahan. Istilah jabatan adalah amanah kerap dilontarkan kepada seseorang yang diberikan kepercayaan menempati sebuah jabatan tersebut.

Jika dalam perjalanannya orang tersebut justru terjerembab dengan kelakuan negatif dan merugikan banyak orang, maka dapat disimpulkan bahwa ia tidak amanah dalam mengemban jabatan tersebut.

Dalam tingkatan yang lebih dekat dengan keseharian, menjadi orang tua adalah sebuah amanah juga. Amanah dari Allah SWT yang mempercayakan anak-anak untuk didik, disayang, dibimbing dan dilindungi oleh orang tuanya.

Tabligh

Tabligh berarti menyampaikan. Seperti halnya Rasulullah yang menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umat manusia.

Guna meneladani sifat tabligh tersebut, kita sebagai manusia hendaknya juga memiliki kemampuan menyampaikan hal-hal baik kepada sesama. Selalu mengajak pada kebaikan, serta memberikan nasihat yang baik, adalah antara lain contoh meneladani sifat tabligh.

Sayangnya, karena berbagai faktor, acap kali manusia terjebak dan secara tidak sadar justru melakukan hal-hal yang berlawanan dengan sifat tabligh. Menghasut orang atau memprovokasi orang lain untuk berbuat buruk adalah contohnya.

Itulah yang terjadi jika nafsu dan emosi dibiarkan menguasai diri sendiri. Hati yang beku juga bisa diakibatkan karena keengganan meneladani sifat tabligh ini.

Fathonah

Fathonah berarti cerdas. Rasulullah dikaruniai kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan itu digunakan untuk berdakwah di jalan Allah. Tanpa kecerdasan, tentu sulit untuk menyampaikan hal-hal baik di jaman jahiliyah.

Meneladani sifat fathonah bukan semata tugas orang-orang yang memiliki peran sebagai pemimpin. Siapapun wajib mengaplikasikan sifat fathonah dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan sosial.

Orang yang pintar saja tetapi menggunakannya untuk tujuan negatif, berarti sejatinya dia tidaklah bisa dikatakan cerdas atau fathonah. Sebab, cerdas sudah seharusnya disertai kebijakan serta mampu berpikir jernih setiap kali mengambil keputusan atau bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun