Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Naiknya Harga Rokok dan Perilaku Menyebalkan Perokok di Jalanan Umum

21 Desember 2021   15:50 Diperbarui: 22 Desember 2021   07:06 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rokok: Unsplash.com/Mathew MacQuarrie 

Harga rokok bakal naik mulai tahun depan akibat naiknya tarif cukai hasil tembakau. Disinyalir harga rokok bisa meroket sampai Rp40.000 per bungkus. 

Apakah hal itu bisa berdampak pada berkurangnya pecandu rokok di negeri ini? Seperti yang sudah-sudah, tampaknya tidak semudah itu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengeluarkan pernyataan bahwa konsumsi rokok telah menimbulkan beban jaminan kesehatan nasional (JKN) yang cukup besar. Seperti biasa pula, pernyataan seperti ini menuai nyinyiran, terutama di kalangan perokok garis keras yang selalu mengklaim paling berjasa di negeri ini sebagai penyumbang pemasukan negara yang amat besar melalui cukai rokok.

Harus diakui, berdebat dengan perokok memang termasuk susah. Sama halnya dengan menasihati orang yang sedang jatuh cinta melalui jalur cinta buta.

Pertanyaannya, apakah harga rokok yang tinggi bakal membuat konsumsi rokok menurun?

Kalau mau menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita melihat di kalangan perokok muda dan anak-anak. Bagaimana daya beli mereka ketika harga rokok membumbung tinggi?

Saya yakin ada pengaruhnya. Seperti halnya saya yang sejak sekolah memilih tidak merokok dengan alasan utama tak cukup mempunyai uang saku untuk beli rokok. Karena duit dari ortu yang seuprit adalah barang berharga yang harus diirit-irit.

Alasan kedua, saat itu cowok yang merokok bakal susah ditaksir oleh teman cewek yang punya selera cowok baik-baik (eh...).

Saya paham bahwa menghentikan kebiasaan merokok bagi perokok aktif memang sangat berat. Banyak kerabat saya yang gagal untuk berhenti merokok. Tapi ada pula yang berhasil berhenti merokok sama sekali, walau harus melalui pengalaman serangan jantung segala. Duh.

Respek bagi perokok yang mampu menghargai hak-hak orang lain yang bukan perokok. Perokok tipe ini biasanya tidak akan merokok di dalam rumah ketika ada anak, istri maupun orang tuanya. Perokok jenis ini juga bisa memilah waktu yang tepat untuk merokok, serta memilih tempat yang sekiranya tidak mengganggu orang lain.

Sebaliknya, masih banyak berkeliaran di dunia ini kelompok perokok yang tidak tahu diri. Mengisap rokok di sembarang tempat tanpa menghiraukan keberadaan orang lain.

Ambil contoh adalah orang yang "klepas-klepus" menghisap rokok sambil mengendarai sepeda motor di jalan raya. Mungkin dikiranya jalan raya itu adalah asbak rokok berukuran luas.

Sudah banyak orang yang melaporkan bahwa dirinya terkena percikan api dari abu rokok pengendara sepeda motor di depannya. Bahkan sampai harus berobat ke dokter.

Eh, dasarnya memang cs-nya banyak, maka ada saja komentar yang membela kelakuan perokok macam ini.

"Makanya ada kaca helm tuh dipakai biar nggak kena abu rokok," tulis mereka di kolom komentar medsos.

Lha, gimana sih? Situ merokok juga kaca helmnya nggak digunakan. Sungguh logika berpikir yang mungkin sedang maintenance akibat kepulan asap rokok.

Perilaku miring perokok sambil berkendara motor ini juga setali tiga uang dengan perilaku orang yang merokok sambil berjalan kaki di tempat umum. Sungguh menyebalkan. Modelan begini nih sering saya temui saat berjalan kaki di pagi hari menuju stasiun KRL Commuterline, juga saat sudah turun dari kereta dan keluar dari stasiun.

Dengan santainya mereka berjalan sambil mengembuskan asap ke udara pagi. Karena sambil jalan kaki, maka asapnya pun terbang menerpa pejalan kaki di belakangnya. Benar-benar natural sekali kelakuannya. Berasa jalanan miliknya sendiri.

Namun demikian masih ada sisi positifnya, walau secuil, yaitu kejadian itu menginspirasi saya untuk menuliskan artikel ini. Terutama mas-mas tadi pagi yang sudah mengasapi saya tanpa sadar saat berjalan.

Saya juga masih berpikir positif bahwa hari-hari ini adalah hari-hari terakhir dia bisa merokok dengan harga yang masih terjangkau. Ya, harapannya tentu saja naiknya harga rokok awal tahun depan setidaknya bisa melenyapkan perilaku merokok di jalanan umum.

Kalau rokok jadi barang mahal kan sebaiknya dinikmati baik-baik di tempat yang layak sambil leyeh-leyeh dan ngopi-ngopi gitu loh. Risiko tanggung sendiri. Bukannya malah mengasapi orang lain yang sudah wangi mau berangkat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun