Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rindu Ramadhan dan Rindu "Portable"

12 Juni 2018   07:27 Diperbarui: 12 Juni 2018   09:40 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by widikurniawan

Lebaran tinggal beberapa hari lagi, yang berarti bulan Ramadhan sebentar lagi akan berlalu. Kata pak ustaz, orang beriman bakal bersedih jika pada saatnya berpisah dengan Ramadhan. Bulan puasa adalah bulan pembuktian iman kita kepada Allah Swt.

Lalu apa yang membuat kita rindu dengan Ramadhan?

Saat berbuka puasa dengan segala takjilnya kah? Boleh kok, siapa tidak boleh merindukan hal ini? Ibarat kita rindu seseorang, masak iya tak boleh rindu hanya karena senyumnya yang renyah bak rengginang? Tapi di satu sisi sebenarnya kita tak suka dengan kebiasaannya menguap tanpa tedeng aling-aling.

Saat Ramadhan, siapapun yang sadar makna Ramadhan akan selalu berharap pahala yang berlipat ganda. Maka wajarlah jika Ramadhan memang istimewa. Siapa sih yang tidak suka dengan hal-hal yang istimewa?

Bagi saya, Ramadhan adalah penyejuk di tengah hiruk pikuk dan carut marut yang terjadi di sekitar kita. Ibarat di bulan-bulan lain orang banyak ngegas bahkan saling sikut, Ramadhan memberikan perasaan "selow" atau ada peredaman. Meski tak juga hilang semua yang ngegas, paling tidak Ramadhan membuat sebagian orang merasakan ketenangan. Banyak orang lebih fokus berlomba-lomba berbuat baik daripada mencari musuh. Banyak orang yang lebih peduli dan senang berbagi.

---

Suatu saat di bulan Ramadhan, seorang pria tua terlihat emosi ketika secara tak sengaja tersenggol seseorang yang hendak keluar dari padatnya KRL Commuterline. Secara spontan, ia pun berteriak dan memaki.

"Hei, sini kamu! Nantang ya? Sini saya ladeni!" ujarnya.

Entah pria tua tersebut puasa atau tidak, yang jelas reaksinya tidak bisa diterima oleh lingkungan dengan suasana Ramadhan. Maka reaksi orang-orang di sekelilingnya adalah mencoba menjadi penyejuk terhadap bara yang menyala.

"Astaghfirullah Pak, sabar Pak," ucap beberapa orang.

"Bulan puasa Pak, jangan marah-marah," ucap yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun