Cieee....
Bagi yang sudah memiliki anak dan usianya masih batita alias di bawah tiga tahun, kerinduan seolah makin merajalela menyesaki dada tiap harinya. Bayangan keluarga nun jauh di sana selalu saja hadir. Setidaknya itulah yang pernah saya rasakan dulu.
"Gimana kabar si kecil? Puasanya nutup nggak?"
"Lho, kan belum puasa, umur dua tahun saja belum genap, gimana sih?"
"Oh iya, habisnya di sini rasanya udah bertahun-tahun, kirain anak kita sudah umur tujuh tahun gitu..."
Dulu saat saya LDR-an, mendengarkan suara anak di ujung telepon dengan celotehannya yang belum jelas, sungguh sudah membuat bahagia. Rasanya ingin melihat wajahnya yang lucu, karena harap maklum saat itu belum ada aplikasi WA yang bisa video call.
Intensitas komunikasi dengan keluarga saat bulan Ramadan tentu saja sangat menyenangkan. Meski hanya lewat telepon atau layanan berbagi pesan, tapi setidaknya memelihara kerinduan dan memupuknya akan berdampak positif ketika tiba saatnya bertemu. Tidak perlu iri dengan keluarga lain yang bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadan secara bersama, karena memang ujan hidup tiap orang dan tiap keluarga tidaklah sama.
Saat waktu yang ditunggu telah tiba, saat mudik menjadi pemersatu keluarga, kebahagiaan yang muncul serta romantisme yang menyertainya, bisa jadi sungguh sulit untuk dideskripsikan. Suguhan menu spesial mungkin akan tersaji menyambut kehadiran sang suami. Sebaliknya, suami pun tak lupa membawakan kejutan serta oleh-oleh.
"Yang kok beli sepatu buat adek kegedean banget nih?"
"Oh, ga papa biar awet, kan orang tua jaman dulu kalau beliin sepatu juga yang gede sekalian biar awet, tinggal ganjel kertas, hehe..."
Memang, terkadang candaan dan tawa dalam komunikasi dengan keluarga menjadi unsur penting untuk menambah keceriaan. Makanya sering-sering nonton stand up comedy.