Mohon tunggu...
KURNIAWAN WIDIAJI
KURNIAWAN WIDIAJI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Le coeur a ses raisons que la raison ne connait point

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar: Dekonstruksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara di Era Milenial

31 Mei 2022   10:46 Diperbarui: 31 Mei 2022   11:15 1957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth



Kihajar dewantara telah meninggalkan kita 63 tahun yang lalu, namun pemikirannya tak lekang oleh zaman. Pandangannya yang visioner masih relevan untuk diterapkan dalam pendidikan di era milenial. 

Merevitalisasi pemikiran kihajar dewantara sebagai sebuah gagasan visioner  bukan saja untuk mengkonstruksi kembali pendidikan ala indonesia namun sekaligus sebagai pembentukan nation and character building manusia indonesia yang merdeka secara lahir dan bathin.  Pembentukan karakter berkepribadian  Indonesia inilah yang ingin dihidupkan kembali dalam pembelajaran di indoneisa.

Salah satu pemikiran khas dari Kihajar dewantara adalah mengenai budi pekerti. Budi pekerti merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan suatu tenaga. Budi pekerti juga bisa dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif)dan rasa (afektif) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik). 

Kihajar dewantara menolak sistem pendidikan yang hanya sebagai  tempat pendidikan pikiran atau rasio yang menebarkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan saja tanpa adanya  pendidikan sosial emosional atau tanpa adanya olah rasa. Bagi kihajar dewantara pendidikan cultural juga penting untuk melengkapi mempertajam,  dan memperkaya pendidikan kecerdasan murid.

Maka, Guru sebagai pendidik milenial  harus dapat menghayati pemikiran kihajar dewantara dalam konteks kekinian, misalnya mengenai pendidikan yang humanis, yang terbukti masih relevan, agar mampu mengantarkan murid siap mengisi zamannya kelak. Semakin berkembangnya jaman semakin besar tantangan yang dihadapi oleh guru. 

Menurut Kihajar Dewantara, Pendidikan tidak hanya mengembangkan kemampuan berfikir saja melainkan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki murid yaitu kecerdasan rasa, karsa, cipta dan karya agar murid menjadi "murid yang seutuhnya." 

Pengembangan budi pekerti berupa olah pikiran (olah cipta), pengembangan budi pekerti (olah rasa, karakter /menghaluskan rasa atau karakter), kemauan (olah karsa) dan olah raga(jasmani) adalah bentuk pendidikan yang holistik yang akan menuntun bagaimana murid dapat tumbuh kembang secara baik. Sekaligus menjadikannya sebagai "manusia" yang merdeka. 

Guru tidak cukup hanya membantu memberikan pengajaran yang berorientasi pada penguatan ketrampilan berfikir (kognitif) saja. Tapi juga mendampingi murid untuk mengembangkan kekuatan batinnya, yaitu sosial,emosi , empati, dan lain sebagainya. Sebab, dalam pandangan Kihajar dewantara manusia merdeka adalah manusia yang dapat memerintah dan menguasai dirinya(mandiri), dan itulah kodrat sebagai manusia.

Lantas, bagaimana praksis pemikiran Kihajar dewantara diatas diterapkan dalam pembelajaran di era milenial?  Di era digital ini  semua guru mulai dituntut untuk bisa meningkatkan  kecanggihan berfikir bagi peserta didiknya. 

Salah satunya dengan mengoptimalkan penerapan konsep berfikir  komputasional, yaitu suatu metode menyelesaikan masalah dengan menerapkan tehnik ilmu komputer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun