Mohon tunggu...
Widi Admojo
Widi Admojo Mohon Tunggu... Guru - Widiadmojo adalah seorang guru, tinggal di Kebumen

sedikit berbagi semoga berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Cerdas Hadapi Akreditasi Sekolah

27 September 2019   20:35 Diperbarui: 27 September 2019   20:47 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akreditasi sekolah kadang-kadang menjadi beban bahkan menjadi "momok" yang menakutkan bagi lembaga pendidikan. Hal ini karena dari akreditasi sekolah inilah, suatu lembaga sekolah akan ditentukan sebarapa jauh capaian mutu dari sekolah yang bersangkutan. Selain itu juga akreditasi sekolah akan mengukur seberapa jauh kelayakan suatu lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. 

Hasil akreditasi juga akan menentukan pencitraan dan harga diri suatu lembaga pendidikan. Dalam pengertian semakin baik kualifikasi capaian akreditasi sekolahnya maka akan membawa dampak semakin berbobot pula citra dan harga diri suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Permasalahan yang biasanya muncul seputar masalah akreditasi antara lain adalah persiapan dokumen yang belum tertata dengan baik. Dokumen bukti fisik yang diperlukan dalam akreditasi masih acak-acakan tidak sistematis dan tidak jelas keberadaannya. Sehingga ketika assesor akreditasi membutuhkan, kesulitan mencari atau menunjukkan keberadaan dokumen tersebut. 

Biasanya permasalahan ini muncul dikarenakan sekolah atau tim akreditasi yang dibentuk sekolah tidak mempersiapkan diri dengan baik. Atau kalau pun mempersiapkan barangkali waktunya terlalu pendek.

Permasalahan lainnya adalah dokumen itu sendiri tidak lengkap. Masalah ketidaklengkapan dokumen tentu sangat menentukan assesor dalam memberikan penilaian terhadap kondisi sekolah. Hal ini karena acuan assesor dalam memberikan skor penilaian selalu berpegangan pada "potret riil" dari dokumen yang disajikan sekolah.

 Bila dokumen itu sendiri tersaji dengan tidak lengkap, maka tentu saja assesor akreditasi akan memberikan penilaian sesuai dengan kondisi riil yang ada di sekolah tersebut.

Permasalahan ketidaklengkapan dokumen itu biasanya juga diakibatkan oleh pihak sekolah kurang mempersiapkan dan mempelajari secara seksama petunjuk teknis dan teknik penskoran dalam akreditasi yang sebenarnya sudah cukup jelas dan rinci. Biasanya karena kurang persiapan maka dapat dipastikan akan membawa dampak kurang lengkapnya dokumen seperti tersebut di atas.

Masalah lain yang biasanya menjadi kendala dalam pelaksanaan akreditasi sekolah adalah adanya dokumen dan sarana prasarana yang tidak standar.  Sesuai dengan kondisi dimana sarana prasarana tidak standar maka dipastikan kondisi ini akan menjadi penentu di akhir penilaian. Semakin tidak standar maka semakin rendah capaian nilai yang akan diperoleh sekolah.

Kemudian masalah yang cenderung menjadi alasan klasik dalam menghadapi akreditasi adalah dikarenakan waktu mempersiapkan akreditasi sangat terbatas.  Karena waktu yang terbatas inilah menjadi penyebab, persiapan akreditasi menjadi kurang maksimal.

Lalu bagaimana agar akreditasi di sekolah dapat berjalan dengan sukses ? Dalam arti hasil akreditasi sekolah dapat memperoleh nilai atau skor tertinggi? Tentu saja ada beberapa strategi yang harus dilakukan oleh sekolah agar pelaksanaan akreditasi di sekolah dapat berjalan dengan maksimal dan menghasilkan skor nilai yang tinggi. Yakni dinyatakan sebagai sekolah dengan predikat "Sekolah Unggul" dengan skor nilai 91 sampai dengan 100.

1. Bentuk Tim Akreditasi
Agar akreditasi sekolah dapat lebih sistematis dalam pelaksanaannya. Maka sekolah harus segera membentuk Tim Akreditasi Sekolah sebagai penanggung jawab utama kesuksesan akreditasi di suatu sekolah.  Tim akreditasi ini harus terdiri dari figur-figur yang tidak diragukan integritas dan komitmennya dalam hal usaha peningkatan mutu sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun