Mohon tunggu...
weni kristiani
weni kristiani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa yang mencintai dunia literasi, senang menulis tentang kehidupan, refleksi diri, dan pengalaman sehari-hari. Percaya bahwa setiap orang punya cerita yang layak didengar. Aktif menulis di Kompasiana sebagai ruang berbagi sekaligus healing.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebelum Melangkah , Mari Mengakar

14 Juli 2025   17:14 Diperbarui: 14 Juli 2025   17:14 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap langkah kecil adalah bagian dari perjalanan besar ( sumber IStock)

Dalam hidup, kita sering kali tergoda untuk segera melangkah. Melaju cepat, berlari jauh, dan ingin cepat sampai pada tujuan. Dunia yang bergerak dengan ritme yang cepat seolah memaksa kita untuk tidak diam. Tidak terlambat. Tidak tertinggal.

Namun, jarang kita disadarkan bahwa langkah yang tergesa, tanpa arah dan tanpa dasar yang kuat, justru lebih mudah goyah. Kita sibuk menapaki jalan, tapi lupa menyiapkan diri. Sibuk mengejar pencapaian, tapi tak pernah benar-benar mengenal apa yang sedang kita kejar. Dan lebih dari itu, kita sering kali tidak tahu dari mana kita sebenarnya berasal.

Mengakar berarti kembali ke dalam. Merenungi siapa diri kita. Memahami nilai-nilai yang kita pegang, luka-luka yang membentuk kita, keyakinan yang menuntun kita, dan mimpi-mimpi yang ingin kita wujudkan. Sebelum melangkah ke luar, kita perlu menyelam ke dalam. Karena yang dalam akan selalu lebih tahan terhadap guncangan di luar.

Bayangkan sebuah pohon. Ia tak akan bisa berdiri kokoh hanya karena daunnya rindang atau batangnya tinggi. Yang membuatnya tegak adalah akar yang tertanam kuat di tanah. Akar yang tak terlihat, namun menopang segalanya. Begitu pula manusia. Kita bisa terlihat kuat dari luar, namun yang menentukan sejauh mana kita bisa bertahan adalah apa yang berakar dalam diri kita.

Mengakar juga berarti belajar menunggu. Belajar sabar membangun pondasi. Kita tidak sedang terlambat ketika kita sedang mengakar. Justru kita sedang menyiapkan diri agar kelak langkah kita tidak sekadar jauh, tapi juga utuh. Kita sedang memastikan bahwa perjalanan kita bukan karena dorongan dari luar, tapi panggilan dari dalam.

Jadi, sebelum kamu melangkah, tanyakan ini pada dirimu:
Apakah kamu benar-benar siap? Apakah kamu tahu ke mana kakimu hendak melangkah? Dan yang paling penting: apakah kamu tahu siapa kamu di dalam diam?

Jangan takut untuk berhenti sejenak. Jangan malu untuk memperlambat langkah. Karena ada saatnya diam adalah bentuk dari persiapan terbaik. Ada waktunya mengakar adalah awal dari perjalanan yang paling berarti.

Dan jika suatu hari nanti kamu mulai merasa goyah dalam perjalananmu---merasa lelah, tersesat, atau kehilangan arah---ingatlah untuk kembali ke akarmu. Ingat apa yang dulu membuatmu berani bermimpi. Ingat nilai-nilai yang kamu perjuangkan dalam diam. Ingat bahwa melangkah tanpa mengakar hanya akan membuatmu mudah diterpa angin, mudah tergelincir saat ujian datang.

Tak masalah jika perjalananmu lebih lambat dari orang lain. Tak masalah jika kamu butuh waktu lebih lama untuk bersiap. Karena yang kamu bangun bukan hanya pencapaian sesaat, melainkan kehidupan yang berakar kuat dan bermakna dalam.

Melangkah itu penting, tapi mengakar adalah yang membuat setiap langkahmu memiliki arah.
Melangkah itu tentang bergerak ke depan, tapi mengakar adalah tentang mengingat dari mana kamu berasal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun