Mohon tunggu...
Wendi Syahda Setia Waruwu
Wendi Syahda Setia Waruwu Mohon Tunggu... Lainnya - S-1 Pertanian

Saya menyukai riset dengan topik seputar PERTANIAN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Pelosok Nias untuk Indonesia

2 Mei 2020   00:22 Diperbarui: 2 Mei 2020   01:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


(Sebuah Refleksi dalam Rangka Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei)

Kepada Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Makarim.
-------

Saya begitu prihatin dengan keadaan anak-anak di daerah asal saya, Pulau Nias. Pemberlakuan kebijakan #Stayathome, tidak memberikan pilihan yang berpihak pada mereka. Mau tidak mau, siap tidak siap, kebijakan tersebut harus mereka ikuti. Bagaimana murid-murid di pelosok Nias akan belajar?

Harus diakui, sudah banyak solusi yang diberikan berbagai instansi pemerintahan, tapi hasilnya tidak efektif karena tidak didukung sumber daya dan fasilitas memadai.

Sebagai contoh, dari tempat kost di Medan saya mendapat kabar, di salah satu Kabupaten di daerah saya Siswa/siswi dibiarkan belajar sendiri melalui tugas-tugas yang diberikan tenaga pengajar, tanpa bimbingan. Para siswa dan murid juga melaksanakan ujian tanpa bimbingan dari para gurunya.

Mengetahui kondisi ini, saya bertanya, apakah di keluarga tidak ada yang bisa mengajari? Hanya sedikit keluarga yang di rumahnya ada orang dewasa yang bisa membimbing para murid dan siswa untuk belajar di rumah.

Bagaimana tidak? Orang dewasa yang melek sekolah di daerah-daerah pelosok itu sangat sedikit. Penyebabnya, masih ada anggapan, bersekolah itu kegiatan tabu.

Belajar online? Yakin? Untuk bersekolah saja mereka bahkan tidak menggunakan alas kaki. Buku tulis satu semester satu buah dan alat tulis yang di dapat di jalan. Apalagi untuk mengadakan smartphone untuk belajar online. Pasti sangat sulit untuk memikirkannya.

Belajar di TV, TVRI? Yakin? Arus listrik saja tidak ada apalagi TV. Menonton TV itu hanya pada malam hari di rumah tetangga yang mempunyai genset itu pun kalau ada bahan bakarnya, kalau tidak mereka hanya bisa menonton indahnya langit ciptaan Tuhan.

Semisalnya dua solusi di atas sudah tersedia, siapakah yang membimbing mereka? Abang? Kakak? Orangtua? Hmmm, mungkin saja. Tapi kembali lagi, sekolah masih dianggap tabu di pelosok-pelosok Nias.

Awalnya saya menduga kendala seperti ini hanya terjadi di pelosok-pelosok Nias. Ternyata juga terjadi di kota besar, seperti di Medan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun