Mohon tunggu...
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek Mohon Tunggu... Konsultan - Foto Pribadi

Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumba, Selalu Ada Cerita

18 Oktober 2016   15:59 Diperbarui: 18 Oktober 2016   16:09 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Watu Parunu Beach, East Sumba.

Di bawah teriknya matahari, tak menyurutkan niat mereka untuk menikmati alam Sumba. Peralatan Kamera seakan tak lepas dari genggaman mereka. Niatnya memang untuk mengabadikan setiap moment yang "mungkin" tidak pernah mereka lihat dan rasakan sebelumnya. Mereka sungguh terkesima. Mereka histeris. 

Fenomenal, mungkin  itu kata yang bisa mengambarkan keindahan Alam Pulau Sumba. Setiap hari, jangankan orang luar, orang lokal pun tak henti-hentinya berburu moment hanya untuk sekedar mengabadikan setiap peristiwa yang diinginkan. Mereka ingin bercerita, bahwa Sumba bukan sekedar memburu keindahan. Ya, ketika semakin banyak orang tertarik datang ke Sumba untuk menceritakan apa yang ingin diceritakan, sebenarnya secara tidak sadar mereka sudah tahu bahwa orang-orang Sumba itu sangat baik dan mulia hatinya. Keindahan alam mencerminkan ketulusan hati penghuninya. Bila saja orang-orang Sumba tidak menghargai Ibu Dunia, bagaimana kita bisa menikmati keindahan tersebut?

Kuda Sumba (Sandlewood), Sumba Timur.
Kuda Sumba (Sandlewood), Sumba Timur.
Bila kita cermati lebih dalam, pada setiap helai Kain Tradisional Sumba, menyimpan selaksa peristiwa kehidupan masyarakat Sumba. Peristiwa hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam (tumbuhan/hewan) dapat terbaca jelas disana. Tentunya, sebagai pengangum Kain Sumba, janganlah sekiranya kita merasa memiliki kain tersebut, tanpa tahu apa dibaliknya. Disana banyak cerita. Cerita yang akan megantar anda menuju sebuah kehidupan yang lebih pluralis. Anda akan tahu bagaimana menghormati, menghargai sesama dan alam. Anda akan dengan mudah melebur dalam kehidupan masyarakat setempat.

Kampung Raja Prayawang, Rindi, Sumba Timur.
Kampung Raja Prayawang, Rindi, Sumba Timur.
Sumba memang selalu ada ceritanya. Seakan tak pernah habis. Anda bisa merasa terhormat di tempat yang terhormat, tatkala anda menghargai budaya masyarakat setempat. Kemana pun kamu melangkah, pintu itu selalu terbuka untukmu. Senyum itu selalu datang dan menyapa. 

Waingapu, 18 Oktober 2016

***Welhelmus Poek***


*Foto Dokumentasi Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun