Mohon tunggu...
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek Mohon Tunggu... Konsultan - Foto Pribadi

Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup dalam Perbedaan, Berbeda dalam Kehidupan

18 November 2016   15:42 Diperbarui: 18 November 2016   15:52 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua itu ada batasnya. Pun demikian, bukan berarti tidak ada kehidupan diseberang sana. Terkadang kita melihat cakrawala sebagai batas kehidupan yang terlihat. Kita lupa bahwa cakrawala itu hanya pertanda batasan penglihatan.

Mengamati berbagai polimik akhir-akhir ini yang melanda Indonesia, banyak opini bertebaran di masyarakat. Tak jarang, banyak orang yang kuatir polimik tersebut bisa "mengancam" keutuhan bangsa. Berbagai upaya dilakukan para pemimpin bangsa, tokoh-tokoh bangsa, anak-anak bangsa untuk tetap menjaga keutuhan bangsa ini. Mereka menyadari bahwa kita ini hidup dalam kemajemukan. Bhineka Tunggal Ika harus dipertahankan sebagai NILAI Indonesia. Pancasila, UUD 45, NKRI semuanya harga mati. Tidak boleh diganggu gugat. Kira-kira itu pesan yang ingin disampaikan.

Mengapa empat pilar utama di atas, seakan menjadi PESAN UTAMA? ya, mungkin situasi saat ini "berpotensi"  merusak tatanan kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat. Upaya-upaya pencegahan segera dilakukan untuk menghindari kehancuran bangsa. 

Tentunya kita tidak ingin menyalahkan berbagai pihak yang memicu setiap polimik. Sebagai negara demokrasi, setiap orang bebas berpendapat. Pun demikian harus ada batasan kewajarannya. Tentunya jika kebebasan itu melampaui batas tersebut dan mengancam kehidupan banyak orang, apalagi keutuhan bangsa dan negara, apakah kita akan membiarkan begitu saja?

Indonesia ini bangsa majemuk. Tidak ada satu dua golongan yang merasa lebih berhak mengatur atau menentukan nasib bangsa ini. Kita semua punya tanggungjawab yang sama membela dan memajukan bangsa ini. Para pahlawan kita, dulu mereka berkorban jiwa raga untuk satu tujuan menyatukan Nusantara. Yang kita kenal saat ini NKRI. Tidak ada sekat primordialisme disana. Yang ada, semuanya anak bangsa yang siap mati untuk kedaulatan bangsa dan negara.

Kita memang hidup dalam berbagai perbedaan. Tapi bukankah ini yang menjadikan negara kita kaya? kaya akan budaya, agama, suku, bahasa. Bukankah karena perbedaan ini, kita adalah bangsa yang hidup dalam sebuah dinamika kehidupan yang indah? bukankah karena berbeda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadikan negara kita menjadi destinasi wisata dan budaya bangsa lain? Berbeda itu indah bung. Hidup dalam perbedaan itu nyaman bro. Kita KAYA bro, sist...

Marilah kita bergandengan tangan. Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara. Menjaga kekayaan kita yang berbeda-beda ini. Karena sesungguh dalam sebuah perbedaan, ketika anda berada pada pihak yang memicu sebuah polimik, bukan berarti itu sudah batasnya. Kita harus sadar bahwa, setiap pergerakan menuju "disintegrasi" akan berlanjut, bilamana kita tak mampu meredam egoisme kita. Apakah kita mau menyaksikan disetiap sudut negara ini ada pro kontra yang semakin membara dan merusak kerukunan kita?

Sudahlah...mari dengan kepala dingin, tegakkan dada kita, bahwa kita hidup di NKRI. Negara yang penuh dengan kemajemukan. Negara yang kehidupannya penuh dengan perbedaan. Negara yang kaya perbedaan tetapi MASIH HIDUP bersama.

Jangan karena keegoisan kita, merusak tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun