Di ruang-ruang ibadah, Â kita acap mendengar doa persembaham dengan narasi klise: "kiranya persembahan ini dapat dipergunakan untuk memperluas kerajaan-Mu". Kerajaan Allah bukan Kerajaan Majapahit atau Kerajaan Pajajaran yang rajanya selalu berhasrat ekspansionistik, Â memperluas dan memperlebar wilayahnya, teritorinya. Â Kerajaan Allah tidak diperluas, tetapi didatangkan,didirikan tanda-tandanya, diwujudkan, diberlakukan, dinyatakan dan dieksekusi. Dalam konteks pemikiran itu, narasi (klise) doa persembahan yang masih menggunakan rumusan "memperluas kerajaan" harus diubah dan dirumuskan lagi dengan tepat dan benar.
Dalam surat Roma, istilah "Kerajaan Allah" hanya muncul di bagian ini. Dalam surat-surat Korintus, Galatia, Efesus, Kolose dan Tesalonika istilah itu juga muncul. Kerajaan Allah selalu dimaknai sebagai pemerintahan Allah, tidak menunjuk pada makna "wilayah".
Paulus merespons dengan cukup bijak masalah yang berkembang di Jemaat Roma. Sebagai umat yang datang dari eks- Yahudi, sebagian dari mereka masih dikuasai oleh roh hukum Taurat. Pasal 14-15 secara jelas menampilkan sikap Paulus tentang makanan, menghakimi orang lain, hari-hari yang baik dan sebagainya sebagai isu yang mencuat dan mengganggu stabilitas Jemaat. Paulus tidak ingin warganya terjebak pada diskusi kontraproduktif, apalagi yang bisa menimbulkan perpecahan. Oleh sebab itu, Â ia mengajak umat untuk lebih fokus pada aspek yang lebih makro dan strategis, yaitu Kerajaan Allah.
Paulus menegaskan bahwa Kerajaan Allah tak bisa direduksi hanya soal makanan atau minuman. Kerajaan Allah adalah soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Bagaimana kebenaran itu harus diperjuangkan, ditegakkan, diberlakukan. Â Kebenaran berdasarkan UU, Â hukum positif harus diberlakukan. Kerajaan Allah juga mencakup soal damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Â Gereja harus bersuara lantang membela kebenaran, memperjuangkan damai sejahtera dan hidup yang penuh sukacita.
Ungkapan Paulus dalam surat Roma ini mengingatkan ulang agar sebagai Gereja dan umat Kristen kita berjuang terus mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah di kekinian sejarah. Kebenaran, damai sejahtera. dan sukacita harus hadir mewarnai kehidupan umat manusia di era digital sekarang ini.Â
Gereja harus lantang bersuara melawan korupsi, melawan terorisme, radikalisme, melawan kejahatan/pelecehan seksual, perdagangan orang,cyber crime, pembohongan publik, kasus Duren Tiga, perusahaan bodong, kesulitan pembangunan gedung gereja dan berbagai kasus lain yang mendera NKRI. Gereja takbisa apatis, bisu dan menutup mata terhadap berbagai kasus yang meruntuhkan martabat manusia.
Selamat berjuang.Selamat Merayakan Hari Minggu.
God Bless Us.