Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Blusukan Bang Yos di Akhir Tahun

30 Desember 2015   22:58 Diperbarui: 31 Desember 2015   09:34 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di zaman yang mengedepankan informasi sebagai bahan amunisi untuk memenangkan suatu peperangan, kegiatan mengumpulkan informasi menjadi sangat signifikan. Meskipun perkembangan teknologi informasi di dunia dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat, namun faktor human intelligence tetap saja tidak bisa dinafikan, terutama dalam kegiatan informasi secara klandestin.

Bagaimanapun, dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu negara, baik di masa perang maupun masa damai, seorang pemimpin tertinggi yang berperan sebagai penentu kebijakan (policy maker) selalu memerlukan informasi sebagai bahan masukan untuk menetapkan kebijakannya dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 

Dalam konteks tersebut, mengutip laman Badan Intelijen Negara bahwa kedudukan BIN menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara Pasal 10 menyebutkan bahwa Badan Intelijen Negara merupakan alat Negara yang menyelenggarakan fungsi Intelijen Dalam dan Luar Negeri. Tentunya, seturut undang-undang, Bang Yos dalam menjalankan fungsinya sebagai Kepala BIN berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Kisah blusukan Bang Yos bertemu dengan pimpinan kelompok bersenjata Din Minimi cukup membuktikan visi misinya sebelum menjadi bos intel. Bahwa ia akan membangun BIN yang tangguh dan profesional yang mampu menyediakan intelijen secara cepat, tepat dan akurat, dalam rangka deteksi dini untuk mencegah, menangkal, dan menanggulangi segala bentuk ancaman yang membahayakan eksistensi, keutuhan, keamanan, dan kepentingan nasional. Bang Yos juga menuturkan ‎ancaman separatisme di berbagai daerah tetap harus diwaspadai. 

Menjadi perhatian saya, diantara sepak terjang Polri memburu kelompok bersenjata Din Minimi, lantaran diduga kelompoknya terlibat sejumlah aksi kriminal. Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso berhasil berkomunikasi secara intens dengan pimpinan kelompok bersenjata Din Minimi selama sekitar satu bulan sebelum membujuknya menyerahkan diri. Alhasil, Bang Yos menyebut Nurdin Ismail alias Din Minimi bukanlah kelompok separatis. Kelompok Din Minimi merupakan kelompok yang kecewa kepada para elit GAM yang mendapat jabatan sebagai penguasa di Nanggroe Aceh Darusalam.

Dalam perjalanannya, apa yang dirasakan penduduk Serambi Mekah, dan bertahannya kelompok Nurdin Ismail alias Din Minimi di hutan untuk mengatur rumah tangganya sendiri karena pihak luar yang mengaturnya "tidak benar". Amatan sisi kritisnya, kelompok Nurdin Ismail alias Din Minimi skeptis atas dedikasi dari para elit GAM yang mendapat jabatan sebagai penguasa di Nanggroe Aceh Darusalam terkait platform perjuangan masa depan Nanggroe Aceh Darusalam. Meski, kelompok Nurdin Ismail alias Din Minimi awalnya diburu Polri karena dugaan aksi kriminal. Hal ini, penegakan hukum yang dilakukan Polri juga harus adil dan transparan. Ketahanan kelompok Nurdin Ismail alias Din Minimi selama ini membuktikan kelompok Nurdin Ismail alias Din Minimi bersinergi dengan masyarakat Nanggroe Aceh Darusalam yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat Aceh daripada kepentingan kelompok. Harus diakui pula, selama proses damai yang demokratis tersisa kekeliruan dalam manajemen pembangunan daerah. Tampak jelas, dari syarat yang diajukan kelompok Nurdin Ismail alias Din Minimi adalah meminta KPK menyelidiki penggunaan APBD Aceh, meminta pemerintah menerjunkan tim pemantau indepenpen dalam Pilkada Aceh, reintegrasi perjanjian Helsinski, pemberian jaminan kesejahteraan untuk yatim piatu dan janda anggota GAM, dan meminta amnesti. 

Cukup menarik, bukan?

Bagi saya, blusukan Bang Yos di tanah rencong dan membujuk Nurdin Ismail alias Din Minimi adalah quick wins Badan Intelijen Negara dan membuktikan bahwa tugas utama intelijen, membuat lawan menjadi kawan.

Di sisi lain, lazimnya kerja intelijen profesional dalam setiap kegiatan atau operasi dikerjakan secara tertutup , tersamar, atau tersembunyi sehingga tidak diketahui pihak lawan. Perancangnya membentuk organisasi bersifat rahasia dan detail dengan jejak terbungkus rapi sehingga sulit terendus pihak lawan. Tak berlebihan bila jejak langkah operasi intelijen bagaikan orang berjalan di atas air.

Ada beberapa tokoh dibalik suksesnya Nurdin Ismail alias Din Minimi 'turun gunung' bersama 120 anggotanya, adalah Crisis Management Iniciatives (CMI) Finlandia, fasilitator MoU Helsinki, salah satu pendiri Pacta (Peace Architecture and Conflict Transformation Alliance), sekaligus pengusaha muda asal Finlandia, Juha Cristensen, dan Adi Maros.  "Kenapa Din percaya kepada Juha? Ini karena dia melihat Juha bisa bicara dengan Pak JK (Wapres Jusuf Kalla), Pak Sutiyoso, dan lainnya sehingga Din bersedia turun gunung," ujar Adi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun