Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Polemik Pembelajaran Tatap Muka Saat Omicron Menyebar

12 Januari 2022   12:01 Diperbarui: 12 Januari 2022   12:07 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana belajar tatap muka di SMPN 11 Kota Serang(KOMPAS.com/RASYID RIDHO)

Di sisi lain, laporan yang dirilis Bank Dunia bulan Desember 2021, memperingatkan bahwa generasi anak-anak pelajar berisiko kehilangan $17 triliun pendapatan seumur hidup karena penutupan sekolah terkait virus corona. Jutaan siswa berisiko tidak pernah melanjutkan pendidikan mereka, menurut laporan tersebut. Siswa yang lebih miskin dan terpinggirkan, baik di negara yang lebih kaya atau lebih miskin, mengalami ancaman kemunduran pendidikan terbesar.

Bahkan negara-negara Eropa yang kaya di mana siswa bersekolah secara tatap muka selama krisis pandemi mengalami penurunan nilai ujian dan tingkat kehadiran.

Selain siswa yang tertinggal, UNICEF juga memperingatkan tentang "bayang-bayang pandemi" pernikahan anak, pekerja anak, dan masalah kesehatan mental akibat anak-anak yang dikurung di rumah. Banyak siswa miskin juga bergantung pada pendidikan di sekolah.

Uganda bergerak maju dengan membuka kembali pelayanan sekolah setelah lebih dari 80 minggu pintu kelas ditutup. Tetapi sekitar 30 persen siswa diperkirakan tidak kembali karena kehamilan remaja, pernikahan dini atau pekerja anak, menurut Otoritas Perencanaan Nasional Uganda .

Alih-alih beralih ke pembelajaran online, beberapa negara telah meningkatkan langkah-langkah keamanan di ruang kelas. Siswa di Inggris, misalnya, diberikan tes virus corona di sekolah sebelum kembali ke kelas. Surat kabar Haaretz, Israel mengubah pedoman untuk sekolah dasar di tempat-tempat dengan tingkat infeksi tinggi untuk mengurangi jumlah siswa yang diharuskan belajar dari jarak jauh.

Ketika pandemi memasuki tahun ketiga dan sebagian besar populasi global tetap tidak divaksinasi, menciptakan potensi lebih banyak varian untuk muncul, dan sistem sekolah harus mengembangkan strategi jangka panjang. Apa yang sebenarnya mulai disadari oleh pemerintah sekarang adalah bahwa apa yang didefinisikan sebagai situasi luar biasa menjadi normal baru.

Suasana belajar tatap muka di SMPN 11 Kota Serang(KOMPAS.com/RASYID RIDHO)
Suasana belajar tatap muka di SMPN 11 Kota Serang(KOMPAS.com/RASYID RIDHO)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun