Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diriku di Era Kontemporer

27 November 2021   18:00 Diperbarui: 27 November 2021   18:01 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

How the body is written and read creates a space for negotiation and disjunction between the lived body and how it seen by others.

Apa hubungan antara identitas di dunia real dengan identitas di dunia maya? Pertanyaan ini telah membuat pusing banyak ahli psikologi, sosiologi dan komunikasi.

Apakah keduanya identik? Apakah hubungan ini bersifat searah adat dua arah? Seberapa kuat hubungan diantara keduanya? Berikut beberapa ahli yang mencoba menjawabnya.

Ketika “penghuni”-nya (maksudnya: yang bersangkutan) anonim, orang itu akan menanggalkan penjelmaan dirinya, harapannya dan norma perilaku dalam keseharian hidupnya. (AR. Stone  dan S. Turkle) Artinya, dengan melepaskan identitas di dunia “offline,” seseorang bisa mewujudkan identitas impiannya.

Lebih lanjut AR. Stone menyatakan bahwa ketika fisik di pengguna bisa ditanggalkan, orang akan mampu mengkonstruksikan bentuk dan identitas virtualnya.

Lalu mengapa kita harus menanggalkan identitas “offline” kita? D Haraway menyebut bahwa kita saat ini hidup di jaman dimana kita bisa mengkonstruksikan identitas diri kita dan menganyam kembali tubuh kita sehingga bisa mereduksi hambatan terhadap tubuh kita. Artinya, sekarang adalah saat yang tepat untuk mewujudkan impian memiliki identitas seperti yang diinginkan, walau hanya versi “online.”

Sedang Anthony Giddens menyatakan bahwa “self” di era kontemporer menjadi proyek yang reflektif, yang dipertahankan oleh konstruksi narasi biografi dan dikembangkan melalui relasi dan aktifitas yang dapat menambah narasi.

Jadi …?

Sudah lama kita menyadari bahwa dunia ini tidak sempurna. (Dunia makro adalah Bumi dan jagad raya, dunia mikro adalah diri kita.) Kesadaran akan ketidak sempurnaan ini mendorong keinginan untuk meraih yang sempurna, dunia yang lebih ideal.

Namun untuk meraih kesempurnaan itu, ternyata masih ada banyak hambatan. Sebut saja teknologi yang belum memadai untuk menciptakan kesempurnaan; atau ongkos perubahan yang besar; atau perbedaan konsep dunia yang ideal antara satu orang dengan orang yang lain.

Dan sekarang kesempatan itu telah datang, meski hanya di dunia maya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun