Mohon tunggu...
Wawan Kurn
Wawan Kurn Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar Menulis, Senang Membaca, Hobi Memancing. Dapat dikunjungi di www.wawankurn.com

Belajar Menulis, Senang Membaca, Hobi Memancing. Dapat dikunjungi di www.wawankurn.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Bumiputera, Marshmallow Hingga Mimpi Masa Depan

11 September 2016   03:23 Diperbarui: 11 September 2016   04:15 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gamabr: csmonitor.com

Franz Kafka, seorang penulis besar yang terkenal dengan karyanya yang berjudul Metamorfosis, di dalam surat untuk ayahnya menyimpan satu pesan penting. Bahwa salah satu hal terbesar yang kita miliki dalam hidup adalah memiliki keluarga. Setelahnya, kita dikaruniakan anak-anak yang menambah warna kehidupan. 

Surat itu ditulis oleh Kafka sebagai usaha untuk menyampaikan keresahan pada ayahnya. Sebenarnya, surat itu adalah bentuk protes dari seorang anak kepada ayahnya yang gagal memahami keinginan serta harapan dari buah hatinya.

Lain lagi dengan kisah Mitch Albom dan Morrie, seorang mahasiswa yang setiap hari Selasa mengunjungi profesornya yang telah mengidap penyakit keras. Setiap kali pertemuannya, mereka membahas berbagai tema penting dalam kehidupan. Pertemuan demi pertemuan itu pada akhirnya dipindahkan oleh Mitch Albom dalam bukunya yang berjudul Tuesday With Morrie. Ketika tiba pada tema keluarga, Morrie menceritakan pengalamannya kepada Mitch tentang keluarga dan anak-anaknya. Serupa dengan Kafka, bagi Morrie pengalaman berkeluarga dan memiliki anak adalah sesuatu yang tak mungkin ternilai. Anak-anak bagi Morrie adalah harta yang tak akan pernah ditukarkan dengan apapun.

Saya rasa cukup untuk menuliskan penggalan cerita dari Kafka dan Morrie, sudut pandang Kafka dapat mewakili sisi sang anak, dan sudut pandang Morrie dapat mewakili sisi orang tua. Di luar sana, ada banyak orang yang telah menemukan harta serta anugerah berupa keluarga dan anak-anak yang senantiasa menyimpan harapan. Namun, tidak semua orang mampu merasakan apa yang diungkapkan Kafka dan Morrie bahwa keluarga maupun anak adalah sesuatu yang tak ternilai. 

Data perceraian yang kian meningkat serta kekerasan pada anak menjadi bukti jika masih banyak di antara kita yang belum memaknai anak dan keluarga sebagai sesuatu yang begitu penting untuk dijaga. Padahal, dalam keluarga yang baik dan sehat, anak akan menjadi tanggung jawab orang tua. Jika perceraian atau kekerasan terus terjadi di dalam lingkup keluarga, psikologis anak jelas akan terganggu dan menghambat perkembangannya. Maka, pertanyaan paling penting bagi orang-orang yang tengah berencana untuk memiliki anak maupun yang telah dikaruniai anak adalah, apa yang anda lakukan untuk anak anda hari ini? 

Bumiputera dalam Mewujudkan Cita-cita Anak

Kohlberg, salah seorang pencetus teori perkembangan moral dalam psikologi percaya bahwa dalam diri anak-anak terdapat kebaikan dan kebajikan yang terkadang mengalahkan orang dewasa. Sehingga kita tak perlu heran jikalau mendengar anak-anak di sekitar kita berani dan percaya untuk mengatakan cita-cita mereka. “Aku ingin jadi polisi, jadi tentara, psikolog, pilot, insinyur, pemain sepak bola, jadi pahlawan, power rangers atau kamenriders” Namun, tidak semua cita-cita yang diharapkan si anak dapat terwujud sebagaimana mestinya.

Bangsa Indonesia kiranya akan menjadi bangsa yang besar jika harapan anak-anak hari ini dapat terjaga. Dan sudah menjadi tanggung jawab dari orang tua untuk menjaga dan membimbing anaknya dalam meraih apa yang dicita-citakan selama ini. Kini, para orang tua wajib untuk menyusun serta mematangkan rencana dalam urusan pendidikan. Sebab tanpa perencaan tersebut, dari hari ke hari kebutuhan akan terus meningkat hingga kadang kala orang tua mengabaikan masalah pendidikan.

Beruntungnya, saat ini Bumiputera sebagai salah satu perusahaan asuransi terbesar di Indonesia menyediakan layanan untuk membantu anak-anak di Indonesia. Melalui asuransi pendidikan dari Bumiputera, orang tua dapat merencanakan pendidikan anak lebih matang dan jelas. Tak diragukan lagi, Bumiputera selaku perusahaan asuransi yang telah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka telah berhasil mencapai sejumlah pencapaian yang membanggakan. Didirikan oleh Mas Karto Hadi Soebroto, Mas Ngabehi Dwidjosewojo dan Mas Adimidjojo di masa penjajahan tepatnya pada tanggal 12 Februari 1912 di Magelang, Jawa Tengah.

Peristiwa itu dapat menjadi bukti sejarah dalam menjaga kekuatan anak bangsa. Para pendiri pun berasal dari pengurus organisasi Boedi Oetomo (Budi Utomo). Organisasi yang telah membuka dan membakar semangat bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.  

Kini, menapaki usia 104 tahun, Bumiputera telah merancang berbagai program yang berpihak pada rakyat banyak. Hal itu pun diakui oleh Ana Mustamin selaku Direktur Direktur SDM & Umum AJB Bumiputera 1912 dalam acara Nangkring Bersama Bumiputera beberapa waktu lalu. Bahkan, sejak semula Bumiputera hadir dari keresahan para pendiri dalam melihat kondisi rakyat saat itu. Salah satu keresahan yang kini patut dipikirkan adalah  masalah pendidikan anak bagi orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun