Oleh: Ghaniya Mahira Rahadatul'aisy, SDN Cikancung 03 Bandung
Editor : Wawan Ridwan AS
Jambore Literasi Leksam Bedas Kab. Bandung, (Literasi Edukasi Keluarga Sekolah Anak dan Masyarakat Bangkit Edukasi Agamis Dinamis dan Sejahtera. Program literasi 2024 yang diinisiasi oleh Bupati Bandung dan Bunda Ema), adalah puncak perayaan bagi ribuan siswa yang telah menyelesaikan tantangan literasi selama sepuluh bulan penuh.
Kami yang lolos telah membuktikan bahwa membaca dan menulis bukan lagi beban, tetapi kunci untuk membuka gerbang petualangan. Di tengah semangat inilah, beberapa waktu lalu sebuah perjalanan besarku dimulai.
Aku bersama berberapa teman mengikuti Jambore Leksam Bedas dari SDN Cikancung 03, ke Ciwidey dengan didampingi Ibu Imas Guru Pembimbingku beserta Ibu Kepala Sekolah.Â
Sejak pagi, tas perbekalan sudah disiapkan dan seragam kebanggaan sudah dikenakan. Aku berangkat ke sana menaiki bus, berbekal alat tulis, jas hujan, alat shalat, baju adat untuk karnaval di sana dan perlengkapan lainnya.
Perjalanan terasa panjang, namun penuh canda tawa teman-teman, hingga pula ketiduran bersama teman-temanku.
Kehangatan di Tengah Udara Dingin
Beberapa jam kemudian, aku sampai di Ciwidey. Begitu turun dari bus, aku langsung merasakan udara segar khas pegunungan. Di sana tempatnya sangat dingin sekali, aku masuk ke dalam. Namun, dinginnya Ciwidey langsung terbayar oleh pemandangan yang tersaji. Di sana tempatnya sangat nyaman, dan sangat indah.
Tempat Jambore Literasi Leksam Bedas yang diadakan terasa seperti kota kecil yang indah. Aku menyimpan barang di dalam tenda khusus. Setelah semua barang tertata rapi, kami peserta dari berbagai kecamatan pun berkumpul di tengah lapangan.Â
Setelah menyimpan barang, aku langsung berbaris di lapangan, di sana ada panggung besar. Suasana riuh ribuan peserta yang bersemangat membuat udara dingin terasa hilang.
Belajar dari Panggung Literasi
Di panggung besar itu, kami semua merayakan literasi dengan cara yang paling seru. Di sana aku bernyanyi, menari bersama, dan mendengar cerita seru. Rasanya luar biasa bisa menari dan bernyanyi bersama ribuan teman baru. Kami semua adalah Gen Z Literat yang bangga dengan hobi membaca.
Namun, di tengah keseruan itu, disaat menari hujan turun. Hujan lebat khas Ciwidey membuat kami harus bergerak cepat. Aku langsung bergegas masuk ke dalam tenda untuk mengambil jas hujan. Jas hujan sudah aku pakai, langsung baris lagi ke lapangan. Hujan tidak menghalangi, kami terus melanjutkan acara! Sudah menari, aku bermain bersama teman-teman aku.
Kegiatan kemudian dibagi per kelompok. Tetapi aku dan teman-teman satu sekolah berpisah karena berbeda regu. Awalnya sedikit sedih, tapi ini adalah kesempatan emas untuk mengenal teman dari sekolah lain. Sudah dibagi regu, aku bermain puzzle, menebak huruf dengan angka dan lain sebagainya.Â
Permainan-permainan itu bukan hanya seru, tetapi juga melatih kemampuan berpikir cepat dan kerja sama tim. Itu semua membuatku bahagia.
Sesudah bermain, waktunya istirahat, aku makan bersama teman-teman. Makan siang terasa nikmat, ditemani suara riuh dan tawa. Sesudah makan, aku berkeliling melihat pemandangan yang sangat indah, bermain air, melihat ikan-ikan yang sangat cantik dan berfoto bersama.
Di tengah momen indah itu, ada kejadian kecil yang lucu, disaat berfoto salah satu teman aku tidak ada, karena dia sedang bersiap-siap untuk tampil menari Jaipong di sana.
Walaupun hujan dan karnaval dibatalkan, teman aku tetap gigih menunjukkan bakatnya. Itu adalah semangat yang luar biasa! Setelah itu, aku membeli jajanan yang ada di sana. Adzan Dzuhur pun terdengar. aku bergegas wudhu dan shalat. Sesudah shalat tadinya akan ada karnaval tetapi tidak jadi karena hujan.
Di sana aku diberi snack oleh Panitia, mereka sangat baik! Lalu aku makan bersama-sama sambil bercanda dengan teman aku. Momen paling berharga adalah saat berkenalan dengan teman baru.
Selain itu aku mempunyai teman baru di sana. Aku berkenalan disaat aku sedang membeli jajanan di sana, lalu aku memperkenalkan lagi kepada teman aku. Mereka berbagi cerita tentang tantangan literasi yang mereka selesaikan selama 10 bulan, membuatku semakin termotivasi.
Pesan Literasi dari Cikancung
Kegiatan berakhir, aku cukup sedih karena berpisah dengan teman baruku. Aku pulang dengan menaiki bus lagi. Perjalanan pulang pun tak kalah seru. Saat di perjalanan aku melihat pohon strawberry yang sangat banyak, lama-kelamaan aku tertidur pulas dan tak lama kemudian bus berhenti karena ada yang mau beli buah tangan Ciwidey untuk orang tuanya.
Bus pun berjalan kembali, aku tidur kembali karena kelelahan pula, perjalanan pun tidak terasa. Waktu terasa sangat cepat berlalu karena kami semua kelelahan sekaligus bahagia. Aku pun sampai di Cikancung, di sana banyak orang tua yang akan menjemput anak-anaknya. Aku pulang dijemput oleh kakakku yang sekalian pulang latihan pramuka dari sekolahnya.
Kesan-kesan saat Jambore yaitu banyak pengalaman yang bisa aku pelajari serta mendapat banyak teman baru. Jambore Leksam Bedas bukan hanya tentang penghargaan, tetapi tentang membangun jalan bahwa kegigihan membaca dan menulis akan selalu berbuah manis, ilmu baru, persahabatan, dan pengalaman tak terlupakan.
Semoga semangat literasi ini menular ke teman-teman dimanapun berada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI