Perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke 80 saat ini menjadi momen istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Momen refleksi perjalanan bangsa, menghargai jasa para pahlawan, dan menyemarakkan semangat nasionalisme untuk menatap masa depan bangsa yang lebih baik menuju Indonesia Emas 2045.
Di tengah kemeriahan perayaan kemerdekaan ini, narasi-narasi yang muncul terkesan kontraproduktif dengan makna kemerdekaan itu sendiri, yang lebih cenderung bising daripada diskursus publik yang substantif.
Berbagai isu yang muncul di banyak media cenderung kontraproduktif, polemik ijazah palsu yang tak kunjung usai, korupsi, kenaikan gaji anggota DPR yang disertai aksi joget mereka, serta narasi-narasi ketidakpercayaan publik pada beberapa elemen kekuasaan menjadi sorotan tajam.
Berbagai narasi opini yang ramai ini sejatinya jadi bagian dari dinamika demokrasi, namun juga perlu ditelaah lebih lanjut untuk memahami esensi, dampak, dan tantangan dalam pembangunan bangsa kita.
Dinamika Narasi Opini dalam Perayaan Kemerdekaan
Dalam gempita perayaan kemerdekaan yang seharusnya menjadi momen persatuan, malah terjadi dinamika narasi dan opini yang rumit. Dalam realitasnya, ruang digital dan forum publik kini dipenuhi oleh beragam narasi kontraproduktif, yang mungkin komoditas politik pihak tertentu ataupun memang respon publik terhadap situasi yang ada.
Narasi opini yang bertebaran terkesan tidak berada dalam benang merah persatuan, namun sebuah fragmentasi sosial, narasi semangat persatuan tetap menjadi slogan, sementara narasi dan opini negatif terus berkembang.
Perayaan kemerdekaan menjadi ajang unjuk kebanggaan akan identitas nasional yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menyampaikan pendapat, ide, atau pandangan mereka terkait masa depan bangsa, yang juga merupakan bagian dari kebebasan berpendapat yang dijamin negara.
Narasi publik yang muncul dalam perayaan kemerdekaan kali ini sangat dinamis yang menuai reaksi publik. Kenaikan gaji anggota DPR menjadi sorotan utama dan memicu perdebatan sengit di kalangan publik di tengah isu kenaikan pajak yang dianggap makin memberatkan masyarakat. Korupsi, narasi guru yang dianggap beban negara juga menjadi topik yang hangat dibicarakan.
Dinamika sosial politik di ruang publik ini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan. Bukannya berisi diskursus substantif, namun kita kerap menyaksikan dominasi narasi konflik, kekisruhan, serta berbagai isu negatif yang terus muncul.
Peran Kunci Media dan Platform Digital