Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antikuarian Kemerdekaan: Bagaimana Kita Menjaga Kesadaran Kebangsaan dari Pusaran Globalisasi?

19 Agustus 2025   22:24 Diperbarui: 20 Agustus 2025   06:24 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sebuah bangsa dan negara, Indonesia tentu saja memiliki sejarahnya sendiri, yang merupakan representasi dari masa lalunya yang tidak bisa dipisahkan dari masa kini demi keberlanjutannya di masa depan. Pada saat yang sama, keberadaan Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari arus sejarah dunia (Abdullah).

Keberadaan Indonesia yang berkelanjutan juga penting bagi sejarah dunia dan umat manusia secara keseluruhan. Indonesia merupakan salah satu representasi historis dan sekaligus simbolik dari dunia baru, yang lahir dan tumbuh melampaui batas-batas dunia lama yang eksploitatif, diskriminatif, dan segregatif.

Keberadaan Indonesia tidak hanya sekadar representasi dari nasionalisme yang berakar pada modernisme industrial, melainkan produk dari peradaban yang menemukan jalannya sendiri, beradaptasi dengan modernisasi dengan cara yang unik, sebagai salah satu keistimewaan dalam sejarah umat manusia

Indonesia mampu beradaptasi dengan modernitas, sehingga mewarisi dan sekaligus mewariskan nilai-nilai universal yang mencakup kesetaraan berazaskan hukum, keadilan sosial, tanggung jawab demokratik, dan kemanusiaan yang beradab.

Menjadi Antikuarian Kemerdekaan

Nasionalisme tidak lagi sebatas tujuan politik, melainkan sebuah tindakan kebudayaan yang berakar pada kesadaran historis dan tanggung jawab terhadap masa depan. Pandangan ini menempatkan Pancasila sebagai perwujudan filosofis dari kesadaran kebangsaan Indonesia, yang berpuncak pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai perwujudan politisnya.

Semangat 45 sejatinya bukan semangat militeristik ataupun politis semata, melainkan semangat kebudayaan yang membangun rasa tanggung jawab untuk menentukan arah bangsa. Semangat inilah yang mendorong kedaulatan, persatuan, dan pada akhirnya, tercapainya tujuan kemerdekaan yang paling manusiawi, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menjadi antikuarian kemerdekaan bukanlah panggilan yang mudah, apalagi di tengah tantangan zaman yang begitu deras. Kita tidak lagi dituntut mengangkat senjata, tetapi ditantang untuk mengangkat kesadaran.

Ancaman terhadap jati diri bangsa tidak lagi datang dari invasi fisik, melainkan dari erosi nilai dan semangat yang tidak terasa. Oleh karena itu, kita semua memiliki peran krusial sebagai penjaga. Tugas kita adalah memastikan bahwa makna kemerdekaan sebagai sebuah kesadaran berbudaya tidak pudar ditelan hiruk pikuk globalisasi.

Ini adalah panggilan untuk memelihara apa yang sudah dibangun oleh para pendahulu kita, bukan sebagai benda mati di museum, melainkan sebagai api semangat yang terus menyala di dalam diri.

Pada dasarnya, setiap tindakan kecil yang kita lakukan untuk merawat nilai-nilai kebangsaan seperti menghargai bahasa nasional, melestarikan gotong royong, atau sekadar berbagi pengetahuan tentang budaya kita adalah perwujudan dari semangat antikuarian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun