Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Johanna Petronella Mossel: Lahirnya Kartu Bridge Wayang dan Kesadaran Pendidikan Budaya

22 Juni 2025   20:45 Diperbarui: 22 Juni 2025   21:18 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Johanna Petronella Mossel (Foto: /eduperron.nl via Pikiran Rakyat)

Warisan Berharga Kartu Bridge Bergambar Wayang

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Ibu Johanna selalu berpikir secara serius mengenai satu cita-citanya yang selalu memburu perasaannya. Ia tak akan puas jika apa yang diinginkannya belum terlaksana. Cita-citanya tersebut adalah menciptakan Kartu Bridge Nasional, buatan dalam negeri yang mempunyai ciri Indonesia.

Kisah bersama Jafar suaminya, merealisasikan gagasan Johanna sungguh mengharukan. Semuanya itu konon lahir di zaman Jepang saat mereka sedang waktu luang. Mereka berdua sering main bridge. Lalu Johanna berpikir, mengapa tidak menggunakan gambar-gambar tokoh raja dan ratu dari Indonesia. Mengapa harus raja dan ratu Eropa.

Maka Johanna mulai berangan-angan untuk membuat Kartu Bridge Nasional dengan menggunakan raja dan ratu dari tokoh-tokoh wayang. Permainan bridge adalah suatu bidang olahraga yang sehat dan dengan tokoh-tokoh yang dikenal oleh rakyat, melaui gambar wayang diharapkan permainan ini bisa merakyat.

Namun keinginan ini bukanlah hal mudah dilaksanakan. Bertahun-tahun semuanya mengendap. Keadaan tidak memungkinkan untuk menampilkan semua gagasan yang terus memburu jiwanya. Lama waktu kemudian, semuanya kembali lagi dan makin memburu.

Dengan mempertaruhkan semua yang dimilikinya, gagasan itu direalisasikan Johanna. Berkali-kali mereka ke Jakarta untuk mengurus hak cipta, menghubungi semua relasi dan teman. Tak juga ada yang membantu secara sungguh-sungguh.

Pada akhirnya mereka menjual semua semua harta yang dimilikinya. Perhiasan, perabot makan atau lainnya, semua habis dipertaruhkan untuk mencetak sendiri kartu bridge yang diimpikan tersebut.

Sekalipun mereka menggantungkan hidup dari penjualan kartu bridge bergambar wayang, uang bukanlah satu-satunya tujuan. Di balik semua itu ada gagasan dan cita-cita yang sangat luhur. Kartu Bridge Wayang adalah perwujudan pengabdian dan dharma bakti Johanna Douwes Dekker dalam prinsip nasionalismenya. Sampai akhir hayatnya ia hanya mencintai Indonesia.

10 Pokok Prinsip Lahirnya Bridge Wayang

Tepat pada hari Sumpah Pemuda tahun 1979, Ibu Johanna menyatakan pendirian-pendirian atau prinsip-prinsipnya yang mendasari terciptanya Kartu Bridge itu. Ada 10 pokok pemikiran penting.

1. Menumbuhkan/membina rasa bangga bangsa Indonesia akan Kebudayaan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun