Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Perlu Alasan untuk Memaafkan, 20 Hal Ini Mungkin Bisa Meluluhkan Hatimu

28 Maret 2025   21:09 Diperbarui: 28 Maret 2025   21:50 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Perlu Alasan untuk Memaafkan (Ilustrasi AI/Wawan Ridwan AS)

Ibnu Taimiyah dikenal memiliki sifat pemaaf yang luar biasa, bahkan terhadap orang yang telah menyakiti dan memfitnahnya. Ia sering kali memaafkan musuh-musuhnya, termasuk mereka yang telah memenjarakannya, dan mengatakan bahwa ia telah memaafkan semua orang yang telah berbuat zalim kepadanya.

Sifat pemaafnya ini tidak hanya mencerminkan keluasan hatinya, tetapi juga pemahamannya yang mendalam tentang ajaran Islam yang menekankan pentingnya memaafkan dan berlapang dada.

20 Alasan memaafkan untuk meluluhkan hati

1. Meyakini bahwa Allah swt yang menciptakan perilaku seorang hamba.

Jika seseorang telah yakin apa yang menimpanya adalah takdir Allah swt dan tidak bisa diubah, maka kita dia akan merasa tenteram dan tenang.

2. Meyakini bahwa musibah menimpa karena dosa-dosa yang dimiliki

Musibah seringkali diyakini sebagai akibat dari dosa-dosa yang diperbuat. Keyakinan ini mendorong introspeksi diri atas kesalahan masa lalu.

Dengan menyadari dosa, individu diharapkan lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Musibah pun dapat dilihat sebagai cara Tuhan membersihkan diri dari dosa.

3. Meyakini bagaimana besarnya ganjaran Allah swt atas orang yang memaafkan

Meyakini besarnya ganjaran Allah adalah motivasi utama memaafkan. Janji pahala melimpah mendorong seseorang untuk mengalahkan ego amarah. Fokus pada balasan ilahi, hati menjadi lebih lapang memberi maaf.

4. Memaafkan akan membersihkan dari penyakit hati terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun