Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Interaksi Sosial Maya vs Nyata : Antara Pergeseran dan Esensi Nilai

10 Februari 2025   20:36 Diperbarui: 10 Februari 2025   20:58 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaksi Sosial Nyata dan Maya (Wawan Ridwan AS/AI)

Perkembangan teknologi saat ini telah mengubah cara manusia dalam berinteraksi secara langsung. Dahulu, interaksi sosial didominasi oleh pertemuan tatap muka secara fisik, namun kini, dunia maya menawarkan platform tanpa batas dalam berkomunikasi dan membangun hubungan. Pergeseran ini membawa serta berbagai konsekuensi, baik secara positif maupun negatif.

Ancaman terhadap Esensi Nilai

Di era digital yang serba cepat, esensi nilai dalam interaksi sosial menghadapi berbagai tantangan serius. Kemudahan dan kecepatan komunikasi online, sayangnya, tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas interaksi itu sendiri.

Salah satu ancaman utama adalah dehumanisasi. Interaksi online yang minim isyarat nonverbal dapat mengurangi empati, rasa saling pengertian. Cenderung lebih mudah menghakimi atau bersikap kasar ketika berinteraksi melalui layar, tanpa perlu berhadapan langsung dengan konsekuensi emosional dari tindakan kita.

Ancaman lain adalah fragmentasi sosial. Algoritma media sosial seringkali memperkuat polarisasi dan membuat kita hanya terpapar pandangan yang sesuai dengan keyakinan kita sendiri. Hal ini dapat mengurangi toleransi dan kemampuan kita berdialog secara konstruktif dengan ragam pendapat.

Menurut Sherry Turkle interaksi online yang berlebihan dapat menyebabkan kita merasa "sendiri namun terhubung" (alone together). Memiliki ribuan teman di media sosial, namun merasa kesepian dan kurang memiliki koneksi yang mendalam dengan orang lain.

Ancaman terhadap esensi nilai interaksi sosial adalah masalah kompleks yang membutuhkan perhatian serius. Mengembangkan kesadaran diri dan etika digital kuat menjaga nilai-nilai luhur kemanusiaan era digital.

Merajut Kembali Esensi Nilai

Penting diingat bahwa interaksi online tidak dapat sepenuhnya menggantikan interaksi tatap muka. Pertemuan langsung dan kegiatan sosial tetap penting dalam mempererat hubungan serta membangun rasa saling percaya.

Pendidikan menjadi kunci dalam menanamkan nilai-nilai luhur sejak dini. Kurikulum sekolah melalui pendidikan karakter dan etika digital, untuk mengajarkan siswa tentang pentingnya empati, respek, kejujuran, dan tanggung jawab dalam berinteraksi, baik online maupun offline. Perlu digalakkan pula kampanye kesadaran publik tentang etika digital dan bahaya dehumanisasi, fragmentasi sosial, serta disinformasi.

Keluarga dan lingkungan berperan penting dalam membentuk karakter individu. Orang tua menjadi contoh baik dalam berinteraksi di dunia nyata maupun maya. Mengajarkan anak-anaknya pentingnya menghargai perbedaan, berkomunikasi secara santun, bertanggung jawab atas tindakan mereka di media sosial. Lingkungan pertemanan dan komunitas menciptakan suasana positif dan inklusif, di mana setiap orang merasa diterima dan dihargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun