Mohon tunggu...
Eva Khofiyana
Eva Khofiyana Mohon Tunggu... -

Eva Khofiyana, biasa dipanggil eva. alumnus FKIP Bahasa Indonesia UNS Surakarta\r\nAktif mengikuti kompetisi menulis terutama cerpen, artikel, esai. Suka dengan dunia anak-anak, masih aktif mengajar matematika dan english for children

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Guru Baru Sedang Galau

24 Agustus 2013   23:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:51 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi guru itu ada pahitnya dan manisnya apalagi menjadi guru SMP. Orang menganggap anak SMP masih dalam tataran manusia labil. Mereka masih mencari jati diri, sudah mulai tahu dengan lawan jenis. Itu gunanya guru dalam masa transisi anak-anak terutama remaja. Di sini guru dituntut tidak hanya mengajar tetapi juga sebagai konseling. Seperti yang dikatakan salah satu orangtua murid bimbingan belajar, guru sekarang tidak galak dan sekaku dulu. Nah, citra guru semakin lama semakin baik. Meskipun, pada dasarnya guru adalah sosok yang baik dan menjadi teladan.

Pahitnya guru itu ketika anak berceletuk “gurunya ga asyik, dikit dikit dimarahin, suruh diam,”. Ini salah satu peristiwa yang pernah aku alami, ada satu murid yang bercerita dengan guru lain. Ia mengeluhkan aku tidak asyik, karena aku sering meminta untuk tenang, duduk, dan mendengarkan aku. Aku kaget dan sedikit terpukul mendengar perkataan murid tersebut. Tapi ini sudah menjadi tugasku untuk menjaga sikap mereka yang kurang terkontrol. Mereka selalu ramai di kelas. Jelas saja saya meminta mereka diam. Aku merasa, mereka tidak menghargai aku, padahal aku sudah mengatakan dari awal agar kegiatan pembelajaran berjalan kondusif, anak-anak aku minta tidak berbicara sendiri ketika guru sedang menjelaskan. Namun, semua tidak seperti yang kuharapkan, anak-anak lebih asyik berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Aku merasa mereka seperti menyepelekanku. Entah apa yang membuat mereka seperti itu. Berbagai cara kulakukan agar mereka dapat menghargai aku sebagai guru baru. Ya memang terkadang aku menjelaskan kurang mengena di hati anak, karena mungkin aku belum begitu menguasai materi. Tapi sebisa mungkin aku senantiasa mengoreksi diri, benar-benar menguasai materi, serta yang penting memahami psikologi anak. Aku tahu anak-anak di kelas memiliki berbagai macam sikap dan karakter. Ada yang memiliki karakter cuek, cenderung aktif tak terkontrol, bahkan ada yang diam.

Aku hampir menangis ketika anak-anak seperti tidak memperhatikan aku, berkali-kali aku menegur tapi tetap saja ramai dan gaduh. Hal ini menyebabkan anak-anak lain yang cenderung kalem, merasa terganggu dan menjadi ikut-ikutan ramai dan bercerita sendiri. Mau memberi hukuman, aku merasa terlalu dini bagi aku, terlebih dengan statusku yang masih guru baru. Terpaksa aku harus sabar menghadapi anak-anak yang super aktif berlisan.

Pernah aku meminta mereka untuk bercerita di depan kelas, diselingi dengan permainan, kuberikan naskah cerita lucu, tetap saja respon yang kurang bagus. Bukan guru tangguh namanya, kalau masalah seperti ini langsung lesu dan tidak bersemangat. Ya, aku mencoba melakukan variasi pembelajaran dengan mencari-cari kisah dan pengalaman dari guru lain dalam mengelola kelas.

Tidak sekadar tingkah anak yang membuatku merasakan pekerjaan ini sangat menyebalkan, salah seorang guru laki-laki di sekolah, sok-sokan banget. Bodohnya kenapa aku tidak meminta anak-anak kelas saja. Ya sudah lah lupakan, aulah cuek, biasa saja, namanya juga guru baru.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun