Mohon tunggu...
Wasiat Kumbakarna
Wasiat Kumbakarna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

melihat sesuatu dengan lebih cerdas dan tenang

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mega Tak Boleh Membebani Jokowi!

10 April 2015   15:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:17 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14286552531541778836

[caption id="attachment_360127" align="aligncenter" width="500" caption="Presiden Jokowi dan Megawati pada acara Kongres Bali. (sumber foto: nawaberita.com)"][/caption]

Saya menghormati Megawati Soekarnoputri. Bahkan juga kagum dengan perjalanan beliau selama ini yang cukup konsisten dengan PDI, sebelum kemudian berubah menjadi PDIP. Tak banyak tokoh politik dewasa ini yang konsisten dengan partainya. Membangun dari bawah, mengelolanya dengan cukup baik, lalu mengangkatnya ke permukaan, dan akhirnya unggul di Pilpres 2014 (dengan capresnya Jokowi).

Namun demikian, saya tak setuju jika Mega sengaja membebani Presiden Jokowi dengan ini dan itu. Jokowi takkan jadi apa-apa kalau tidak ada PDIP mungkin benar. Tetapi yang pasti, Jokowi takkan jadi presiden RI jika tak dipilih rakyat Indonesia. Jadi, semestinya Mega legowo dan membiarkan Jokowi bekerja untuk seluruh rakyat Indonesia karena ia Presiden RI.

Malah seharusnya dengan besar hati Mega dan PDIP mendukung dan mengawal terus Jokowi agar bisa maksimal bekerja untuk rakyat. Bukan malah membebani Jokowi, walaupun pastinya Jokowi takkan merasa terbebani oleh Mega.

Kaum oportunis

Opini ini saya sampaikan berdasarkan sindiran Mega dalam pidato politiknya di hadapan Kongres PDIP di Bali. Dalam kesempatan itu, Mega tiba-tiba menyebut ada pihak yang melakukan gerakan deparpolisasi. Mereka ingin memisahkan Jokowi dan Jusuf Kalla dengan partai pengusung yakni; PDIP, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura, serta PKPI.

Gerakan deparpolisasi, kata Megawati, selalu mengatasnamakan independensi, dan bahkan menyebut partai politik adalah beban demokrasi. Mega juga yakin bahwa gerakan deparpolisasi ini tidak berdiri sendiri melainkan ada simbiosis antara kekuatan anti-partai dan kekuatan modal. "Mereka adalah kaum oportunis. Mereka tidak mau berkerja keras membangun Partai. Mereka tidak mau mengorganisir rakyat, kecuali menunggu, menunggu, dan selanjutnya menyalip di tikungan," kata Presiden RI ke-5 itu.

Pernyataan Mega itu lantas menjadi tanda Tanya besar bagi berbagai pihak. Siapa kaum oportunis yang dimaksud Mega? Pastilah ia merujuk pada siapapun yang ada di dalam kabinet Jokowi dan ia memaksudkannya sebagai pesan kepada Jokowi untuk memotong kaum ini.

Kebanyakan kita lalu akan menghubungkannya dengan tiga nama yang (dua di antaranya) disebut sebagai pengkhianat oleh politisi PDIP Effendi Simbolon. Mereka adalah trio Luhut Panjaitan (Kepala Staf Kepresidenan), Andi Widjajanto (Seskab), dan Rini Soemarno (Menteri ESDM). Silakan check di sini: http://bit.ly/1IPY69z.

Jokowi harus kuat

Nama Rini Soemarno diyakini banyak pihak paling disindir oleh Mega. "Kini saatnya, dengan kepemimpinan nasional yang baru, kontrak Merah Putih ditegakkan. Demikian pula Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus diperkuat, dan menjadi pilihan utama kebijakan politik ekonomi berdikari," kata Mega.

Rini adalah Meneg BUMN yang belakangan banyak disoroti banyak merekrut relawan Jokowi untuk posisi-posisi penting di BUMN dan disoroti seiring munculnya isu privatisasi BUMN. Relawan Jokowi tentunya bukan kader partai, bisa jadi itu yang menjadi concern Mega!

Namun demikian, menurut saya, Mega tak boleh membebani Jokowi begitu. Katakanlah ada friksi di internal kabinet dan PDIP. Tapi ada baiknya diselesaikan secara senyap saja. Jangan sampai seperti sekarang menjadi gonjang-ganjing nasional. Jokowi harus fokus menyelesaikan berbagai masalah bangsa lainnya yang maha penting. Jangan ditambahi dengan masalah friksi internal begitu.

Ini yang membuat saya kecewa dengan sikap dan pernyataan Mega. Bagi saya dan mungkin banyak orang lainnya, itu kurang bijak malah cenderung emosional. But anyway, Jokowi harus kuat menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Demi rakyat Indonesia! (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun